Mohon tunggu...
Adinda Isnaini Khoirul Nisa
Adinda Isnaini Khoirul Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa UIN WALISONGO SEMARANG prodi kimia Fakultas sains dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

GERAKAN PENGHIJAUAN DI LINGKUNGAN KECAMATAN GABUS

4 November 2021   23:00 Diperbarui: 10 November 2021   11:22 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Go green, istilah ini pasti sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Karena, pada saat kecil mereka sudah diajarkan untuk menjaga alam oleh para guru atau orang tua mereka. Upaya penghijauan di Indonesia sendiri didasari karena faktor rusaknya alam sebab ulah manusia itu sendiri. Alam yang sudah dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Alhasil, sudah banyak berubahnya alam semesta.  

Sebagai salah satu upaya penghijauan, masyarakat Tanjunganom khususnya dukuh Paras, sudah menerapkan yang namanya upaya-upaya penghijauan yang dilakukan masyarakat. Masyarakat sudah mengerti betapa pentingnya penghijauan untuk lingkungan. Karena fahamnya, manfaat penghijauan mereka berbondong-bondong dan saling bekerja sama untuk melestarikan alam. 

Beberapa upaya yang telah dilakukan masyrakat Tanjunganom adalah dengan menyortir berbagai sampah menurut golongan sampah organik dan sampah anorganik. Untuk sampah organik, masyarakat bisanya lebih memilih untuk mengubur sampah tersebut.

Sampah organik yang dikubur dalam tanah, dapat membuat tanah menjadi lebih subur dan sebagai nutrisi untuk tumbuhan-tumbuhan yang lain. Sedangkan,untuk sampah anorganik masyarakat menyortirnya menjadi beberapa golongan lagi menjadi sampah kaca, plastik, dan besi. Pada sampah anorganik, masyarakat biasanya menyetorkannya ke TPA daerah untuk didaur ulang menjadi bahan yang baru, dapat dimanfaatkan kembali. 

Selain dalam lingkup masyarakat sekitar, beberapa sekolah  daerah di Gabus sudah menerapkan yang namanya " No Plastic". Hal ini juga merupakan upaya untuk melakukan penghijauan. Seperti yang kita tahu, bahwa sampah plastik merupakan limbah paling banyak digunakan dan yang paling susah untuk diurai. 

Walaupun tidak dapat diurai, sampah plastik dapat dimanfaatkan menjadi beberapa kerajinan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Para siswa di daerah Gabus sudah mulai untuk memanfaatkan limbah plastik menjadi sebuah karya, seperti lampu, baju, hiasan dinding, dan masih banyak lagi. 

Dan, pemberhentian penggunaan plastik dimulai dengan tata cara makan di kantin, dimana para siswa hanya boleh makan dikantin dengan alat makan yang sudah disediaka. Mereka tidak diperkenankan untuk membawa makanan ke dalam kelas. Namun, ada juga beberapa siswa yang membawa bekal dari rumah. Untuk pedagang yang berjualan di kantin sekolah, sudah diharuskan menaati peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah dengan menyediakan alat makan untuk para pembelinya. 

Dalam sebuah hadist, menerangkan mengenai kerusakan alam yang disebabkan oleh sampah dari sisi aturan agama, khususnya agama Islam yang menjadi dasar keimanan saya, juga sudah banyak aturan itu. 

Dalam Alquran (surah ar-Rum ayat 41)


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

 artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun