Mohon tunggu...
Adina PutriKejora
Adina PutriKejora Mohon Tunggu... Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Jurnalistik 2024

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kafe Sunyi sebagai Ruang Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

20 Juli 2025   23:50 Diperbarui: 20 Juli 2025   23:47 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pelanggan melakukan transaksi di kasir Coffeeshop Sunyi , Minggu (20/7)

Jakarta --- Di tengah hiruk-pikuk ibu kota yang serba cepat, hadir sebuah ruang yang memberikan harapan dan kesetaraan bagi kelompok yang selama ini kerap terpinggirkan yaitu penyandang disabilitas. Coffeeshop Sunyi, yang berlokasi di bilangan Jakarta Selatan, bukan sekadar tempat menikmati kopi, tetapi juga menjadi simbol nyata inklusi sosial di ruang publik.

Coffeeshop ini mempekerjakan staf dari kalangan disabilitas, khususnya teman tuli, sebagai barista dan pelayan. Seluruh proses pelayanan dilakukan dengan pendekatan komunikasi visual dan bahasa isyarat, yang justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Salah satunya adalah Syafira, seorang pengunjung yang mengaku pertama kali mengetahui tentang Coffeeshop Sunyi dari media sosial. Ia tertarik karena konsepnya inklusif yang memberikan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas.

"Saya pertama kali tahu tentang coffeeshop ini dari media sosial. Hal yang menarik perhatian saya adalah konsepnya yang inklusif, karena semua pegawainya adalah teman-teman disabilitas. Menurut saya ini unik, karena jarang ada Coffeeshop yang melibatkan penyandang disabilitas sebagai pekerja. Biasanya, Coffeshop lebih memilih karyawan yang "normal" menurut pandangan umum. Itu yang membuat saya tertarik untuk datang," ungkap Syafira salah satu pengunjung Coffeeshop Sunyi, saat diwawancarai pada Senin (14/7).

Syafira lalu menceritakan pengalamannya saat pertama kali datang dan dilayani oleh staf tuli. "Menurut saya, mereka sudah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Memang, awalnya kami sebagai pengunjung belum terbiasa dengan bahasa isyarat, jadi sempat bingung sedikit. Tapi tidak ada hambatan yang berarti. Justru saya merasa salut dengan usaha mereka. Kesan saya, mereka sangat profesional dan ramah," tuturnya.

Tidak hanya itu, ia juga mengungkapkan bahwa interaksi dengan para staf menjadi pengalaman berkesan tersendiri. "Menurut saya, keberadaan Coffeeshop inklusif ini sangat membantu mengubah cara pandang masyarakat. Karena selama ini penyandang disabilitas sering dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Padahal, mereka sama-sama manusia seperti kita, hanya saja Tuhan memberikan mereka keistimewaan yang berbeda. Kita tidak boleh meremehkan mereka. Dengan adanya tempat seperti ini, kita jadi belajar bahwa mereka juga mampu bekerja dan berkarya," lanjutnya.

Menutup perbincangan, Syafira menyampaikan harapannya agar semakin banyak ruang inklusif seperti Coffeeshop Sunyi di masa mendatang. "Harapan saya, semoga Coffeeshop yang mempekerjakan penyandang disabilitas semakin banyak. Karena di luar sana mereka sering kesulitan mencari pekerjaan. Dengan adanya kafe inklusif seperti ini, mereka punya harapan dan kesempatan yang sama. Semoga Coffeeshop Sunyi terus sukses, semakin berkembang, dan semakin banyak orang yang mau berempati dan tidak lagi memandang disabilitas dengan sebelah mata," pungkasnya.

Tidak hanya dari sisi pengunjung, para staf juga merasakan dampak positif dari ruang inklusif ini. Salah satunya adalah Bella, barista tuli berusia 24 tahun yang telah bekerja di Kafe Sunyi selama lebih dari satu tahun.

"Di sini saya merasa diterima. Coffeeshop Sunyi memberi kesempatan untuk teman-teman tuli seperti saya agar bisa bekerja dan mandiri," tulis Bella melalui pesan tertulis saat diwawancarai menggunakan bantuan teks saat ditemui pada Jum'at (18/7).

Coffeeshop Sunyi dirancang dengan konsep universal design, mulai dari akses ramah kursi roda, ruang luas tanpa hambatan, hingga sistem pemesanan visual yang memudahkan pengunjung berkomunikasi dengan staf tuli. Menu ditampilkan dengan simbol-simbol visual, dan tersedia pula papan panduan bahasa isyarat dasar bagi pelanggan yang ingin belajar.

Konsep ini menunjukkan bahwa penyandang disabilitas tidak butuh dikasihani, melainkan diberi ruang untuk berkembang. Dalam wawancaranya dengan media nasional tahun lalu, pendiri Coffeeshop Sunyi, Alfian, menyatakan bahwa misi utama tempat ini adalah membuka mata masyarakat bahwa disabilitas bukan penghalang untuk berkarya.

Kehadiran Coffeeshop Sunyi menjadi bukti bahwa inklusi bukan sekadar wacana, tapi bisa diwujudkan dalam bentuk nyata. Dengan ruang yang setara dan saling menghargai, masyarakat belajar bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan batasan.

Di tengah dunia yang masih sering membedakan antara "normal" dan "berbeda", Coffeeshop Sunyi berdiri sebagai pengingat bahwa semua orang punya tempat untuk tumbuh bahkan dalam secangkir kopi yang diseduh dengan penuh semangat.

Namun, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, tingkat partisipasi penyandang disabilitas dalam dunia kerja di Indonesia masih berada di angka hanya sekitar 27%, menunjukkan adanya kesenjangan signifikan dalam akses terhadap kesempatan ekonomi. Hal ini memperlihatkan bahwa ruang seperti Coffeeshop Sunyi sangat penting untuk menciptakan peluang kerja yang adil.

Selain memberikan pelatihan kerja, Coffeeshop Sunyi juga menjalin kerja sama dengan komunitas tuli dan lembaga pelatihan bahasa isyarat, sehingga pengunjung tidak hanya menikmati kopi tetapi juga mendapatkan pengalaman belajar langsung dari interaksi nyata. Beberapa sekolah dan kampus bahkan menjadikan tempat ini sebagai bagian dari kunjungan edukasi inklusi sosial.

Dalam wawancara sebelumnya, Alfian menyampaikan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah mengubah pola pikir masyarakat dan membangun kesadaran bahwa inklusi bukan bentuk belas kasihan.

"Yang kami butuhkan bukan simpati, tetapi kesempatan yang sama," ungkapnya.

Pentingnya ruang seperti ini juga mendapat dukungan dari berbagai organisasi penyandang disabilitas. Mereka mendorong agar lebih banyak pelaku usaha mencontoh langkah Coffeeshop Sunyi dalam menciptakan ruang kerja yang ramah dan adil bagi semua kalangan, tanpa diskriminasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun