Pendidikan kontemporer saat ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Globalisasi, perkembangan teknologi digital, serta derasnya arus informasi membuat sistem pendidikan berorientasi pada kecepatan, kompetensi, dan keterampilan kerja. Namun, fokus yang berlebihan pada aspek kognitif dan keterampilan teknis sering kali mengabaikan dimensi moral, spiritual, dan sosial. Fenomena inilah yang menimbulkan krisis etika, degradasi karakter, serta lunturnya nilai kemanusiaan di dunia pendidikan modern. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan Islam hadir sebagai sumber nilai dan paradigma yang dapat memberikan kontribusi penting.
Filsafat pendidikan Islam berakar pada pandangan hidup Islami yang menempatkan manusia sebagai makhluk berakal sekaligus hamba Allah. Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk insan kamil---manusia paripurna yang seimbang antara akal, jasmani, dan ruhani. Hasan Langgulung (1987) dalam bukunya Asas-Asas Pendidikan Islam menjelaskan bahwa pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan kepribadian beriman, berakhlak, dan bertanggung jawab. Orientasi ini menjadi koreksi terhadap pendidikan kontemporer yang sering kali terjebak pada pragmatisme dan materialisme.
Dari sisi tujuan, filsafat pendidikan Islam menekankan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah dan sarana mendekatkan diri kepada Allah. Pendidikan tidak hanya diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja kompetitif, tetapi juga membangun peradaban yang beradab. Hal ini ditegaskan dalam penelitian Difari, Hisyam, dan Puspita Sari (2024) dalam Jurnal IHSANIKA, yang menunjukkan bahwa kontribusi pemikiran Islam dalam filsafat pendidikan mampu memperkuat pendidikan karakter serta menjawab krisis moral di era modern.
Kontribusi lain yang penting adalah pada aspek metodologi. Konsep tarbiyah dalam pendidikan Islam menekankan pengembangan potensi manusia secara menyeluruh. Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, melainkan pembentukan karakter melalui pembiasaan, pengalaman nyata, serta keteladanan. Hal ini sejalan dengan penelitian Tarigan, Maulana, dan Lubis (2024) dalam Jurnal Pendidikan Tambusai, yang menyebutkan bahwa filsafat pendidikan Islam relevan untuk membentuk karakter siswa di era modern melalui pendekatan yang menekankan nilai, akhlak, dan praktik keseharian.
Filsafat pendidikan Islam juga memberikan kontribusi epistemologis. Islam tidak mengenal dikotomi ilmu antara agama dan umum. Semua ilmu, baik sains maupun keagamaan, dipandang sebagai anugerah Allah yang harus dipelajari demi kemaslahatan manusia. Suparjo (2024) dalam Jurnal Konseling Pendidikan Islam menekankan bahwa pemikiran filsafat pendidikan Islam mengintegrasikan nilai keislaman ke dalam kerangka pendidikan holistik. Paradigma ini penting di tengah pendidikan kontemporer yang masih kerap memisahkan sains dari moralitas.
Selain itu, filsafat pendidikan Islam menekankan peran guru sebagai murabbi. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar materi, tetapi juga pembimbing moral dan spiritual yang menjadi teladan bagi siswa. Konsep ini sangat relevan dalam konteks pendidikan kontemporer, di mana hubungan guru dan murid sering kali tereduksi menjadi sekadar formalitas akademik. Dengan pendekatan Islam, guru dituntut untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan melalui teladan hidupnya.
Di sisi lain, filsafat pendidikan Islam juga menekankan pentingnya evaluasi yang seimbang. Penilaian pendidikan tidak hanya mengukur capaian akademis, tetapi juga menilai perkembangan akhlak, sikap, dan spiritualitas siswa. Jika diterapkan dalam pendidikan kontemporer, model evaluasi ini dapat membantu mengatasi masalah degradasi karakter dan perilaku menyimpang yang marak terjadi di sekolah maupun perguruan tinggi.
Kontribusi filsafat pendidikan Islam terhadap pendidikan kontemporer dapat dirangkum dalam beberapa poin utama:
* Tujuan Pendidikan -- membentuk manusia seutuhnya (insan kamil) yang berilmu, beriman, dan berakhlak.
* Metodologi -- menggunakan pendekatan tarbiyah yang menekankan keteladanan, pembiasaan, dan pengalaman nyata.
* Epistemologi -- mengintegrasikan ilmu agama dan sains dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.