Mohon tunggu...
Dimas Pujianto
Dimas Pujianto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah Dimas Pujianto Saya suka menulis Saya suka menyanyi Saya suka Mariah Carey :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bangga Menjadi "Anak Kecil" Abad 20

25 Juni 2011   10:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:11 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya, Dimas Pujianto, lahir di Jakarta pada 21 Januari 1992, berarti saya bisa dikategorikan sebagai anak abad 20 kan ya? Hehehe. Lalu apasih yang membuat saya bangga menjadi "anak kecil" abad 20? Ada beberapa hal: 1. Di zaman saya, belum ramai kemacetan, belum ramai pusat perbelanjaan, belum ramai penduduk Jakarta, masih asli lah bentuk kota Jakarta. 2. Di zaman saya, untuk bidang pendidikan tentu masih murah dan pendidikan pada zaman saya itu menurut saya cukup terjamin, belum ada peraturan-peraturan "aneh" tentang pendidikan. 3. In hal yang paling penting: Saya bisa merasakan masa kecil yang sesungguhnya. Ya, sesungguhnya masa anak-anak. Lagu-lagu anak masih banyak sekali pada zaman saya. Sebut saja Joshua, Trio Kwek-Kwek, Maissy, Cindy Cenora, dll. Mereka idola saya lho pada saat itu! Saya masih ingat saat saya merengek kepada om saya untuk mengantarkan saya ke restoran milik Maissy. Kaset-kaset mereka saya punya semua. Oya, lagu-lagu Susan dan Ria Enes pun tidak lupa menjadi teman tidur saya. Indah sekali zaman saya. Lalu lagu-lagu ciptaan maestro handal seperti Bu Kasur dan Pak Kasur sebagai contoh. Lagu-lagu ciptaan beliau sangatlah disukai anak-anak pada zaman saya. Saya sungguh bersyukur. Artis-artis cilik zaman dulu pun masih bergaya "selayaknya" anak kecil. Tidak seperti sekarang. Sungguh memprihatinkan. Menurut saya masalah ini dimulai pada tahun 200an. Sebenarnya saya membuat tulisan ini untuk mengomentari sebuah acara yang dibuat oleh salah satu televisi swasta di Indonesia yang merupakan adaptasi dari acara penghargaan dari Amerika Serikat yaitu Kids' Choice Awards, yang di Indonesia tinggal ditambahkan saja kata Indonesia di depannya. Mengapa saya mengomentari acara ini? Ini alasannya: Saat ini di Indonesia tidak ada tontonan yang pantas bagi anak kecil sekitar usia antara 3 sampai 15 tahun (mengapa 15 tahun? karena usia 15 tahun itu usia pertengahan masa kecil dan remaja). Lihat saja tidak ada tontonan khusus di televisi-televisi swasta yang mengajarkan edukasi dini bagi anak-anak. Lagu-lagu anak pun sudah musnah. Sekarang anak usia 3 tahun saja lagunya sudah yang cinta-cintaan, asmara dan segala macam hal yang dewasa. Contohnya seperti saat saya pulang ke "kota" - Jakarta- pada 22 Juni kemarin. Saya naik kereta eksekutif Argo Parahyangan dan di situ disediakan fasilitas TV. Saya lihat diseberang sebelah kanan saya duduklah seorang anak perempuan kecil berusia sekitar 3-4 tahun bersama ayahnya. Saat TV tersebut menyuguhkan lagu-lagu "hits" dewasa masa kini, ternyata anak tersebut fasih sekali menyanyikannya. Padahal lagu tersebut menceritakan tentang seorang wanita yang menunggu pria yang ia suka dan cintai untuk putus dari pacarnya (mungkin Anda tahu lagu apa itu :P). Miris sekali. Yang menjadi pertanyaan saya adalah, jika para orang tua mendaftarkan anak mereka di taman kanak-kanak, apa guru-guru mereka mengajarkan lagu-lagu anak-anak? Lalu apa orang tua juga memfasilitasi anak mereka untuk itu semua? Saya jujur, mempersiapkan itu semua. Saya mulai mencari dan mengunduh lagu-lagu anak-anak zaman saya, mengumpulkan majalah-majalah anak-anak yang dulu saya miliki, dan lain sebagainya. Padalah saya masih berusia 19 tahun. Tapi itulah reaksi dari kemirisan dan keprihatinan saya. Oya, kembali ke topik untuk mengomentari acara penghargaan yang akan tayang di televisi swasta itu. Selain tidak adanya acara yang pantas dan edukatif untuk anak-anak dan "tidak adanya" artis-artis cilik yang "sesuai", hal lain adalah tentang kurangnya stimulus untuk membuat dan menayangkan acara khusus anak-anak. Mereka yang disebut sebagai "artis cilik" kelakuannya sudah "sok dewasa". Mereka sudah memegang alat komunikasi sendiri yaitu telepon seluler, bergaya seperti orang dewasa dalam berpakaian, dan menurut saya mereka tampak seperti "mesin uang untuk keluarga sehingga berdampak menjadi 'belagu'". Ya, "belagu". Mereka menjadi kurang kontrol dalam berbicara di acara infotainment misalnya. Mereka tampak menunjukkan kekayaan yang mereka miliki tanpa hasil atau karya yang menyentuh target sasaran mereka, yaitu anak-anak. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jika televisi manapun ingin membuat acara penghargaan yang dikhususkan untuk anak-anak kecil, ubahlah dulu tayangan-tayangan yang tidak berbobot seperti sinetron anak jangan ada kekerasan, ajarkanlah persahabatn dan pesan moral yang logis bagi anak seusia mereka. Saya mohon maaf sebelumnya jika ada yang merasa tersinggung, tapi ini demi dan untuk kebaikan anak-anak Indonesia di masa yang akan datang. :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun