Untuk membuat makanan ringan baik dalam bentuk keripik maupun kue-kue kering tentunya diperlukan modal yang tidak sedikit. Diketahui bahwa modal untuk membuat makanan ringan jenis keripik sekitar Rp 1, 2 juta terhitung dari bahan baku yang digunakan. Modal tersebut digunakan untuk satu kali produksi, dimana beliau akan memproduksi keripik setiap tiga kali seminggu.Â
Namun apabila sedang memiliki banyak pesanan, Ibu Samsiyah bisa setiap hari memproduksi keripik. Biasanya beliau akan mendapatkan pesanan keripik yang cukup banyak apabila bulan Syawal datang, karena di bulan itu akan banyak orang yang menikah sehingga keripik akan dijadikan sebagai oleh-oleh untuk orang yang datang ke acara pernikahan.
Namun ketika pandemi datang penjualan keripik pun mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan. Hal ini tentu saja membuat Ibu Samsiyah harus memutar otak agar makanan ringan jualannya tetap memiliki konsumen yang banyak sehingga dapat menstabilkan hasil penjualan dimasa pandemi seperti sekarang. Salah satunya dengan mencoba membuat makanan ringan jenis baru dengan memanfaatkan bulan Ramadhan yang datang setiap tahunnya.
"Memang benar bahwa adanya covid 19 membuat penjualan keripik yang saya buat mengalami penurunan. Awalnya cukup kaget dan bingung harus bagaimana agar keripik ini tetap memiliki penjualan yang bagus. Akhirnya saya memutuskan untuk memanfaatkan bulan ramadhan dengan menambahkan jenis makanan ringan seperti kue kering", ungkap beliau ketika harus menghadapi pandemi yang tiba-tiba datang.
Memanfaatkan bulan Ramadhan untuk menambah jenis varian makanan ringan yang beliau buat menjadi salah satu strategi yang digunakan agar penjualan kembali meningkat. Selain itu hal tersebut juga bisa menambah konsumen. Makanan ringan yang beliau buat antara lain seperti, kue nastas, kue kacang, wajik kletik hingga kembang goyang.Â
Peluang yang diambil pun membuahkan hasil dimana grafik penjualan semakin stabil bahkan makanan ringan jenis keripik pun kembali diburu oleh konsumen. Ibu Samsiyah mengungkapkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan berkah, benar saja karena pada bulan ini banyak orang yang mencari kue-kue serta jajanan yang biasanya ada dimomen lebaran. Kemudian untuk membuat varian jajanan khas ramadhan dan lebaran modal yang digunakan kurang lebih sekitar Rp 10 juta.Â
Memang cukup banyak, namun keuntungan yang didapatkan pun tidak sekedar mengembalikan modal saja bahkan bisa lebih. Karena pada saat bulan Ramadhan pemesanan kue-kue kering akan meningkat lebih banyak, sehingga keuntungan yang didapatkan pun bisa dua kali modal yang digunakan.
Selain strategi berupa memanfaatkan bulan Ramadhan, Ibu Samsiyah juga memiliki strategi lainnya yaitu dengan memberikan merek kepada makanan ringan jualannya dengan kata lain melakukan promosi atau pengiklanan. Nama merek yang beliau sematkan yaitu "Al Jarirah" yang berasal dari nama anak-anaknya.Â
Pemberian merek ini tentunya memberikan efek yang bagus untuk peningkatan terhadap penjualan. Ibu Samsiyah berharap bahwa usaha makanan ringan homemade buatannya dapat dikenali oleh setiap orang, sehingga konsumen lain pun akan terus berdatangan.Â