Mohon tunggu...
Adi Dinar
Adi Dinar Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog. Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Tertarik dengan isu-isu kesehatan mental, kesehatan pernikahan, dan transformasi personal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bila Hidup Penuh Masalah dan Mulai Kehilangan Arah

28 Oktober 2023   07:20 Diperbarui: 28 Oktober 2023   07:33 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pagi ini terasa seperti pagi yang biasa saja, duduk di hadapan laptop terbuka dengan secangkir kopi di meja kantor yang saya tata sendiri. Tapi di pagi yang biasa ini, saya merasa cukup beruntung masih memiliki waktu untuk bisa duduk dan menulis sejenak, setelah sebelumnya menjalani hiruk pikuk pagi yang indah jelang kami mengantar anak berangkat sekolah. Saya pernah menjalani pernikahan jarak jauh sebelumnya, dan saya tidak bisa mengatakan bahwa pernikahan jarak jauh yang dulu pernah kami jalani itu nyaman bagi saya. Tapi pengalaman masa itu ternyata mengajarkan kepada saya tentang betapa indahnya hiruk pikuk kami di pagi ini. Sungguh besar nikmat yang perlu saya syukuri.

Di tengah kebersyukuran ini, ingatan saya melayang ke dua orang di sesi konseling terakhir saya. Mereka adalah dua orang yang berbeda, konseling di dua sesi yang berbeda, tapi masalah mereka sama: hidup ini terasa begitu berat untuk dijalani. Ekspresi mereka telihat begitu berat. Saya ingat betapa salah satunya menulis dengan tangan yang bergetar, dan yang lain bercerita dengan berlinang air mata meskipun tidak sesenggukan. Mereka cerita tentang semua yang tidak mereka inginkan, tentang semua yang membuat mereka kecewa, tentang semua hal berat yang tidak mampu mereka jalani. Mereka bercerita bahwa mereka mulai kehilangan motivasi, mulai tidak memahami dirinya sendiri, mulai kebingungan dengan tujuan hidupnya, dan mulai mempertanyakan apakah benar jalan hidup ini adalah jalan hidup yang mereka inginkan.

Tugas saya tentu saja adalah mendengarkan. Saya mencoba sebaik mungkin untuk memahami apa yang mereka rasakan, juga mencoba untuk menangkap poin inti yang sepertinya ingin mereka sampaikan. Saya tidak punya hak untuk mengatakan bahwa mereka keliru, karena saya sendiri belum tentu akan lebih baik bila ada di situasi mereka. Namun saya bisa melihat bahwa mereka menyampaikan semua hal yang tidak mereka inginkan, dan tidak ada satupun cerita tentang apa yang sebenarnya ingin mereka upayakan. Maka di akhir cerita mereka, saya berkata. "Anda sudah cerita banyak hal tentang apa yang Anda tidak mau dan tidak bisa. Tapi dari semua cerita itu, saya belum mendengar satupun tentang apa yang Anda mau ataupun apa yang Anda bisa. Kalau boleh saya bertanya, apa sebenernya yang Anda mau yang bisa Anda lakukan?"

Menjawab pertanyaan yang satu itu memang tidak mudah, namun saya ingat seorang bijak pernah berkata bahwa "Bila Anda fokus pada masalah yang Anda keluhkan, Anda hanya akan melihat lebih banyak masalah. Fokuslah pada apa yang Anda inginkan, maka Anda akan mulai melihat jalan." Dan pertanyaan tadi menuntun kami untuk mulai membahas apa sebenarnya yang mereka inginkan dan bisa dilakukan. Diskusi kami memang tidak menjadi lebih mudah, tetap sama bingungnya dan sesekali juga muncul frustrasi saat mencari, namun jalannya mulai sedikit terbuka. Setidaknya diskusi kami kini mulai ada arahnya.

Bagi saya, dua sesi konseling itu terasa sangat berkesan. Keduanya seperti mengajarkan kepada saya tentang satu hal penting di hidup ini, yaitu "Anda akan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan apa yang Anda tanyakan." Melihat mereka akhirnya bisa tertawa dan mulai tersenyum cerah di akhir sesi diskusi itu membuat saya melihat bahwa sebenarnya mereka tidak perlu diajarkan tentang bagaimana sebaiknya menjalankan kehidupan. Apa yang mereka butuhkan sebenarnya hanyalah pertanyaan yang tepat untuk didiskusikan, karena pada akhirnya mereka akan selalu menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan kepada diri mereka sendiri.

Dari sini saya mulai bertanya kepada diri saya sendiri. Bila saya merasa bahwa pagi ini terasa seperti pagi yang biasa saja, apa yang bisa saya lakukan supaya pagi ini bisa lebih berharga?

Mulai duduk dan menulis seperti ini ternyata seru juga. Setidaknya bagi saya pribadi, pagi ini menjadi penuh arti. Anda sendiri bagaimana? Apa yang bisa Anda lakukan supaya pagi ini bisa lebih berharga?

Saat Anda menjawab pertanyaan itu, selalu ingat akan satu hal. Terkadang kita terlalu fokus pada apa yang tidak kita miliki, sehingga kita gagal melihat dan menghargai apa yang sebenarnya kita punya. Syukuri apapun yang saat ini ada. Akan lebih terasa bahagianya.

Wish you all the best.

-Adi Dinar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun