Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Dilemanya Berinvestasi di "Saham Tidur"

4 Januari 2021   07:00 Diperbarui: 6 Januari 2021   08:07 2029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi "saham tidur" dalam bursa. (sumber: Thinkstock via kompas.com)

"Tidur" ternyata bisa menimbulkan sejumlah masalah. Misal, seorang siswa yang tertidur di kelas bisa mendapat omelan yang keras dari guru; atau karyawan yang jatuh terlelap di kantor bisa ditegur bos; atau sopir yang mendadak terbuai ke "alam mimpi" sewaktu mengendarai truk bisa menyebabkan kecelakaan fatal di jalan raya. 

Singkat kata, meskipun tidur adalah salah satu kebutuhan dasariah manusia, tetapi kalau dilakukan di tempat dan waktu yang salah, maka hal itu bisa menyebabkan banyak persoalan dalam hidup seseorang.

Hal yang sama bisa juga berlaku dalam investasi saham. Contohnya saja kalau kita berinvestasi di "saham tidur". 

"Saham tidur" adalah sebutan untuk saham-saham tertentu yang jarang diperdagangkan. Likuiditasnya begitu rendah, sampai-sampai per harinya, saham tersebut hanya ditransaksikan di bawah satu miliar rupiah.

Setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan hal tersebut. Yang pertama, jumlah saham yang beredar di masyarakat sangat sedikit, yakni di bawah satu miliar lembar. 

Jumlah tersebut tentu saja membuat investor sulit menjual atau membeli saham. Sebab, belum tentu ada orang yang bersedia membeli dan menjual saham tadi pada waktu yang sama. Makanya, jangan heran, transaksi hariannya pun bisa sangat minim.

Yang kedua, kualitas fundamental sahamnya memang buruk. Sebuah saham mungkin saja mempunyai jumlah saham beredar di atas 1 miliar, tetapi karena fundamentalnya begitu jelek, maka orang-orang enggan melirik sahamnya sebagai pilihan investasi yang layak. 

Saham tidur. (sumber: money.usnews.com)
Saham tidur. (sumber: money.usnews.com)

Alhasil, harga sahamnya pun bisa terus tidur di level terendah hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun!

Fundamental Bagus, tapi Sahamnya "Tidur"

Nah, yang jadi "dilema" adalah bagaimana kalau ada saham yang fundamentalnya sebetulnya cukup oke, tetapi ternyata tidak begitu aktif diperjual-belikan? 

Saya sempat menemukan saham demikian beberapa waktu yang lalu, sewaktu sedang iseng melakukan "screening" saham. Saham yang dimaksud adalah saham UNIC (PT Unggul Indah Cahaya Tbk). 

Seperti nama "ticker"-nya, saham UNIC memang unik. Maklum, jika dilihat dari laporan keuangannya selama 3 kuartal terakhir (Januari-September 2020), maka boleh dibilang UNIC termasuk emiten yang bisnisnya "kebal" terhadap dampak Pandemi Covid-19. 

Buktinya, saat perusahaan-perusahaan lain kelimpungan "dihajar" pandemi, bisnis UNIC malah sanggup mencatatkan pertumbuhan laba yang mengesankan. Per September 2020, laba UNIC bertumbuh 95% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya!

Pertumbuhan Laba Saham UNIC/ Sumber: Dokumentasi Adica
Pertumbuhan Laba Saham UNIC/ Sumber: Dokumentasi Adica
Pertumbuhan laba yang besar tersebut bisa terjadi bukan tanpa sebab. Sepanjang tahun 2020, UNIC diketahui bisa menekan biaya pokok produksi-nya seminim mungkin, terutama dalam hal harga bahan baku. 

Hal ini tentu saja dapat dimaklumi mengingat produksi "alkybenzene" yang notabenenya merupakan produk andalan dari UNIC mayoritas berbahan baku minyak bumi. 

Pada tahun ini, harga minyak anjlok cukup dalam akibat pandemi, dan peristiwa itu ternyata membawa berkah bagi UNIC, karena perusahaan ini bisa membeli minyak bumi di harga bawah. Alhasil, ongkos produksi yang dikeluarkan UNIC pun bisa dikurangi, dan laba yang diperoleh bisa ditambah sebanyak mungkin.

Lantas, bagaimana dengan aspek tata kelola perusahaannya? Dari sisi manajemen sebetulnya oke-oke saja. Tidak ada berita miring yang menerpa manajemen dalam beberapa tahun terakhir. 

Selain itu, masa jabatan direktur utama dan komisaris utamanya juga terbilang lama, yakni 4 tahun, sehingga terkesan bahwa "kapten" yang menyetir bisnis UNIC adalah orang-orang yang mempunyai integritas dan kapasitas di bidangnya. 

Hal lain yang juga perlu dicermati ialah komposisi pemegang saham. Setidaknya ada 4 perusahaan yang menjadi pemegang saham mayoritas UNIC, yakni PT Aspira Luhur (36%), PT Alas Pusaka (11%), PT Salim Chemicals Corpora (10%), dan PT Lautan Luas (5%). 

Sepanjang tahun ini, tidak ada penjualan saham yang dilakukan oleh keempat pemegang saham mayoritas tersebut, sehingga bisa dipersepsikan bahwa bisnis UNIC mempunyai prospek yang cerah sehingga keempatnya bersedia terus menyimpan sahamnya dalam jangka panjang. 

Dari sisi laporan keuangan semua juga baik-baik saja. Neracanya terlihat cukup kuat, karena UNIC mempunyai sedikit utang dan banyak uang tunai. Hal itu merupakan sebuah keuntungan yang membuat bisnisnya mampu bertahan dan bertumbuh di tengah pandemi. 

Selain itu, UNIC juga sangat rajin membagikan dividen. Meskipun nilainya berubah-ubah, sesuai dengan laba yang dicetaknya, namun hal ini membuktikan bahwa keuntungan yang dihasilkan perusahaan benar-benar nyata.

Valuasinya? Untuk sebuah saham yang mempunyai pertumbuhan laba yang jumbo secara year on year, valuasi saham UNIC terbilang sangat murah. 

Hal ini bisa dilihat dari rasio PBV yang berada di bawah 1 kali dan PER yang berada di kisaran 7 kali. Alhasil, saham UNIC begitu menarik dijadikan sebuah investasi.

Walaupun begitu, sayangnya, UNIC termasuk "saham tidur" karena transaksi hariannya begitu minim. Hal ini tentu saja menimbulkan risiko tersendiri bagi investor yang ingin berinvestasi di saham tersebut. Oleh sebab itu, sebelum membelinya, sebaiknya investor membikin pertimbangan sematang mungkin, supaya investasi yang dilakukan berjalan sesuai harapan.

Tip Berinvestasi di "Saham Tidur"

Berinvestasi di "saham tidur", seperti UNIC, memang penuh ketidakpastian. Risiko terbesar yang sangat mungkin ditanggung oleh investor jika memiliki saham ini ialah kesulitan untuk menjualnya manakala investor tadi sedang butuh uang. Makanya, berinvestasi di "saham tidur" sebaiknya dilakukan untuk jangka panjang, katakanlah di atas satu tahun.

Selain itu, perhatikan juga apakah "saham tidur" yang ingin dibeli rajin membagikan dividen. Saham tidur yang rutin menyetorkan dividen setiap tahun lebih bernilai daripada yang tidak.

Di samping menjadi bukti bahwa perusahaan benar-benar menghasilkan keuntungan, faktor dividen juga bisa mengompensasi pergerakan harga sahamnya yang lamban. 

Alhasil, meskipun harus menunggu begitu lama supaya mendapat capital gain, namun setidaknya investor masih bisa memperoleh hasil investasi berupa dividen.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun