Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Andaikan "Drama" Perang Dagang Berlanjut hingga 2020

27 November 2019   09:01 Diperbarui: 27 November 2019   15:20 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang Dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok (sumber: investors.com)

Biarpun yang sedang berseteru ialah AS dan Tiongkok, efek yang timbul akibat perseteruan itu ternyata ikut dirasakan oleh Indonesia. Ibarat dua sisi mata uang, perseteruan tadi menciptakan dampak negatif dan positif.

Dampak negatif dari pertempuran tadi bisa dilihat dari pergerakan IHSG. Sejak Amerika Serikat menabuh "genderang perang" dengan Tiongkok pada tahun 2018 silam, laju IHSG terlihat "melempem".

Ada begitu banyak investor yang keluar dari bursa saham tanah air. Hal itu membikin perjalanan IHSG "terseok-seok" selama hampir 2 tahun terakhir.

Tak hanya menggerus kapitalisasi IHSG, hal itu juga berimbas pada pertumbuhan ekonomi secara luas. Kalau investor enggan menanamkan modal, lantas, bagaimana perusahaan-perusahaan di tanah air bisa terus melakukan ekspansi, membuka lebih banyak lapangan kerja, dan menggerakkan roda perekonomian?

Belum lagi kebijakan devaluasi mata uang Yuan yang dilakukan Pemerintah Tiongkok. Biarpun bertujuan mengimbangi kenaikan tarif impor yang diberlakukan pemerintah AS, kebijakan ini malah "mengancam" perekonomian tanah air. Pasalnya, kalau mata uangnya itu terus dibuat lemah demikian, secara otomatis, produk-produk dari negeri tirai bambu itu pun akan jauh lebih murah.

Kalau hal itu terus dibiarkan, nanti para importir akan lebih banyak mendatangkan barang dari Tiongkok, dan hal itu akan membikin neraca perdagangan Indonesia menjadi "jomplang": impor lebih banyak daripada ekspor.

Imbas dari kebijakan tadi pun kini sudah terasa. Belum lama ini tersiar kabar bahwa ada banyak pabrik tekstil lokal yang tutup akibat produk-produk yang dihasilkannya sukar bersaing dari produk luar negeri yang harganya murah-murah.

Perang dagang memang menggoyang perekonomian Indonesia. Namun demikian, bukan berarti efek yang ditimbulkannya selalu negatif. Tetap ada sisi positif yang bisa ditemukan dari perang dagang.

Sebut saja kasus sejumlah perusahaan yang belum lama ini memilih merelokasi pabriknya dari Tiongkok ke luar negeri. Kondisi ekonomi yang sedang labil di Tiongkok sepertinya telah mengancam kelangsungan bisnis mereka, sehingga mereka kemudian terpaksa mencari negara lain untuk melanjutkan usahanya.

Hal ini bisa menjadi "kabar baik" bagi Indonesia. Kalau ada banyak perusahaaan yang memindahkan pabriknya ke tanah air, tentu perekonomian akan bergeliat.

Namun, sayangnya, Indonesia justru belum mampu memaksimalkan "peluang emas" tersebut. Di antara sekian banyak perusahaan tadi, tak ada satu pun yang memilih Indonesia sebagai "arena bisnis"-nya yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun