Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kompasianer Adalah "Pemegang Saham" Kompasiana?

6 November 2019   09:01 Diperbarui: 6 November 2019   09:05 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Kompasianer dalam Acara Nobar Komik Community pada Bulan Agustus 2019 (sumber: dokumentasi Komik)

Jika diibaratkan sebuah saham, Kompasiana mungkin termasuk tipe "Stalwart". "Stalwart" adalah tipe saham yang menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan mantap dari tahun ke tahun. Saya kira tidak berlebihan kalau tipe itu disematkan untuk Kompasiana. Sebab, saat platform sejenis banyak yang vakum atau tumbang, Kompasiana masih dapat terus bertumbuh dan berkembang.

Tanpa terasa, pada tahun ini, Kompasiana merayakan hari jadinya yang kesebelas. Untuk ukuran manusia, usia tersebut mungkin masih terbilang muda. Namun, bagi sebuah perusahaan, boleh jadi, angka tersebut dianggap sebagai sebuah kemapanan.

Hal itu tentu wajar mengingat bisnis adalah sesuatu yang "rapuh". Berdasarkan survei, hanya 5 dari 10 perusahaan yang mampu bertahan melewati usia 1 tahun, tetapi hanya 1 perusahaan yang sanggup terus melaju sampai tahun ke sepuluh. Semua itu bisa terjadi karena "seleksi alam" dan saya kira, Kompasiana sudah melampaui "seleksi alam" tersebut.

Syukuran Ulang Tahun Kompasiana Ke 11 di Museum Bank Indonesia (sumber: dokumentasi Adica)
Syukuran Ulang Tahun Kompasiana Ke 11 di Museum Bank Indonesia (sumber: dokumentasi Adica)
Saya bergabung di Kompasiana ketika Kompasiana masih sangat "hijau". Di akun saya tertulis tahun 2012, dan itu artinya sudah 7 tahun saya bergelut di "blog kroyokan" terbesar di Indonesia ini.

Biarpun sudah cukup lama, bukan berarti saya langsung aktif menulis di Kompasiana. Awal-awal saya lebih banyak menjadi pembaca. Bertahun-tahun saya lebih sering menikmati konten yang dibikin orang lain tanpa terpikir membikin tulisan sendiri secara rutin.

Baru pada tahun 2016, saya mulai sering memposting tulisan pribadi. Tema apa saja saya garap, kemudian saya publikasikan di Kompasiana. Makanya, jangan heran, sewaktu melakukan "tapak tilas", artikel yang pernah saya tulis terlihat kaya warna, kaya tema, mirip "gado-gado".

Sejak saat itulah, saya mulai rajin berbagi pemikiran dan pengalaman di Kompasiana. Hanya di Kompasiana. Saya memang sempat membikin tulisan di platform lain dan blog pribadi. Namun, ujung-ujungnya semuanya saya tinggalkan. Saya memilih "memarkirkan" tulisan-tulisan saya di Kompasiana saja, tanpa terpikir hijrah ke media tetangga.

Alasannya? Karena Kompasiana menawarkan banyak hal kepada saya. Di antaranya ialah saya mendapat ruang untuk menyalurkan kegelisahan saya.

Saya bukanlah penulis yang andal. Kadang tulisan-tulisan saya hanya menyuarakan hal-hal kecil. Sesuatu yang sederhana, yang mungkin saja bermanfaat untuk khalayak. Namun, di Kompasiana, hal-hal kecil itu punya kesempatan untuk menyapa masyarakat luas dan mendapat tanggapan yang beragam.

Hal itulah yang tidak saya peroleh kalau saya menyalurkan kegelisahan tersebut lewat media lain. Hal itu jugalah yang menyebabkan saya "susah" meninggalkan blog yang mengusung slogan #BeyondBlogging ini.

Berikutnya, hal lain yang bikin saya betah menulis di Kompasiana adalah Kompasiana sering menyelenggarakan acara-acara yang bisa membuka wawasan. Ada beberapa acara Kompasiana yang meninggalkan “jejak yang dalam” di batin saya.

Sebut saja acara Visit ke pabrik Faber Castell di Cibitung pada tahun 2017. Saya masih bisa mengingat acara itu dengan jelas karena acaranya bertepatan dengan hari ulang tahun saya.

Dalam acara itu, saya tak hanya berkesempatan melihat produksi Faber Castell secara dekat, tetapi juga belajar bahwa mewarnai ternyata dapat menenangkan batin, mengasah kreativitas, dan memperkuat daya ingat..

Ketika masih kecil, saya memang senang menggambar. Jadi, saat saya mengikuti kelas tersebut, pengalaman masa kecil “menyeruak” keluar dalam pikiran saya. Saya seolah menjadi kanak-kanak kembali.

Acara lain yang juga berkesan ialah Visit Owa Jawa pada tahun 2017. Dalam acara ini, saya beruntung bisa mengenal Owa Jawa.

Saya jadi tahu bahwa primata langka yang sangat dilindungi ini adalah makhluk yang enggan “berbagi cinta”. Sebab, kalau ia sudah mencintai pasangannya, ia akan terus setia menemaninya hingga akhir hayat. Mungkin terkesan “gombal”, tetapi cinta Owa Jawa terhadap pasangannya ialah cinta sehidup semati.

Kesempatan bertemu dengan menteri juga saya dapat saat mengikuti acara Kompasiana. Ada beberapa menteri yang sempat saya jumpai, di antaranya, mantan menteri Kominfo Bapak Rudiantara, Mantan Menteri Perdagangan Bapak Enggartiasto Lukita, Mantan Menteri Agama Bapak Lukman Hakim Saifuddin, dan Mantan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri.


Bagi orang biasa seperti saya, berjumpa dengan menteri adalah kesempatan langka. Tidak semua orang punya kesempatan demikian. Makanya, dalam pertemuan itu, saya merasa beruntung. Saya harap pada kesempatan lain bisa menemui menteri-menteri lain, seperti Ibu Susi Pudjiastuti, yang berita perpisahannya belakangan membikin banyak orang, termasuk saya, “patah hati”.

Selain itu, saya juga mendapat materi dari Kompasiana. Lewat hadiah dari memenangkan blog competition atau social media competition atau program reward yang diselenggarakan Kompasiana, saya bisa memperoleh uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai investasi saya.

Menang IG Competition dalam Acara Save Owa Jawa bersama Kompasiana dan Pertamina pada tahun 2017 (sumber: dokumentasi Adica)
Menang IG Competition dalam Acara Save Owa Jawa bersama Kompasiana dan Pertamina pada tahun 2017 (sumber: dokumentasi Adica)
Meskipun demikian, saya menganggap hadiah tadi sebagai "bonus" dari kesenangan menulis. Terlepas dari menang-kalah, selama memperoleh kesenangan dalam membagikan pengalaman di Kompasiana, saya merasa itu sudah cukup.

Kesenangan lainnya ialah saya bisa ikut komunitas. Sebagai sebuah blog, Kompasiana bisa bertumbuh karena sokongan dari komunitasnya. Ada beragam jenis komunitas yang bernaung di bawah payung Kompasiana, di antaranya KOMIK Community, KPK, RCT, Fiksiana Community, dan ClicKompasiana. Komunitas-komunitas tadi mewadahi Kompasianer yang mempunyai hobi yang sama untuk bertemu, bergabung, dan berkegiatan bersama.

Kehadiran komunitas itulah yang menjadi pembeda dengan platform sejenis. Kalau hanya berfokus menghadirkan konten tanpa membina komunitas-komunitas yang ada, boleh jadi, Kompasiana akan bernasib sama dengan tetangganya yang kini ditinggalkan dan dilupakan. Keberadaan komunitas tak hanya memberikan warna tersendiri, tetapi juga mengikat anggotanya untuk terus berkarya di Kompasiana.

Sejak ikut komunitas di Kompasiana, saya jadi tambah pergaulan. Saya yang awalnya cuma mengenal Kompasianer lain lewat tulisannya saja akhirnya punya kesempatan untuk bertemu dan berbicara langsung. Saya jadi mengenal Pak Agung Han, Andri Mastiyanto, Deny, Reno, Angky, Diana, Ronald, Bu Muthiah, Mbak Windhu, Mbak Dewi, Pak Rahab, Linda, dan Kompasianer lain yang mungkin terlalu panjang disebutkan dalam tulisan ini.

Pergaulan tadi tak hanya menambah jumlah teman, tetapi juga bisa membuka pintu rezeki. Sebab, ada saja teman Kompasianer yang menawarkan pekerjaan paruh waktu kepada saya. Lagi-lagi saya menganggap bahwa itu adalah "bonus" dari pertemanan, dan saya berterima kasih atas kemurahan hati yang diberikan kepada saya. Semoga pertemanan antarkompasianer awet dan langgeng.

Boleh jadi, jumlah komunitas di Kompasiana akan bertambah pada masa depan. Ada beberapa komunitas baru yang bisa dibentuk. Sebut saja komunitas untuk para investor.

Sejauh ini, komunitas ini belum ada di Kompasiana. Padahal, ada beberapa Kompasianer yang juga termasuk investor, yang aktif mengulas masalah investasi di kolom ekonomi Kompasiana. Kehadiran komunitas ini mungkin bisa jadi tempat bagi Kompasianer yang hobi berinvestasi untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar investasi yang dilakukan.

Kompasiana memang perusahaan tertutup, yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh kompas gramedia. Namun, bagi saya, pemegang saham sesungguhnya ialah Kompasianer yang terus berkarya di Kompasiana. Tanpa rasa sayang yang besar, sepertinya mustahil platform User Generated Content (UGC) ini mampu bertahan lama.

Akhir kata, selamat ulang tahun Kompasiana, dan panjang umur Kompasianer!

#11tahunkompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun