Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bank Indonesia Tutup "Pintu" untuk Kehadiran Libra?

28 Juni 2019   09:01 Diperbarui: 28 Juni 2019   09:26 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cryptocurrency libra (sumber: moneyweek.com)

Facebook membikin sebuah "gebrakan" dengan menerbitkan Libra. Libra adalah mata uang digital yang berfungsi sebagai alat tukar dan alat pembayaran. Libra yang mulai dirintis sejak beberapa tahun silam ini disebut-sebut akan menjadi "produk keuangan revolusioner" pada masa depan.

Seperti mata uang pada umumnya, Libra disimpan di sebuah "dompet elektronik" yang disebut sebagai Calibra. Dompet ini mirip dengan ovo atau gopay, yang berfungsi menyimpan dan mentransfer uang. Dompet ini nantinya akan terhubungan dengan beberapa produk Facebook, seperti Messenger dan Whatsapp.

Pembuatan Libra sepertinya terinsipirasi oleh bitcoin. Maklum, sampai sekarang, cryptocurrency yang konon dibuat Satoshi Nakamoto tersebut adalah produk keuangan yang paling populer. 

Meskipun sempat dilarang di sejumlah negara, nyatanya bitcoin masih aktif diperdagangkan. Bitcoin dianggap masih memiliki nilai kapitalisasi yang besar. Sampai tulisan ini dibuat, nilainya menyentuh harga 160 jutaan rupiah per keping!

Kesuksesan bitcoin tadi akhirnya menginspirasi perusahaan-perusahaan lain untuk menerbitkan cryptocurrency-nya sendiri. Makanya, jangan heran, kini terus bermunculan mata uang digital baru yang sedemikian masif. 

Facebook sepertinya tidak ingin kehilangan momentum tersebut, hingga perusahaan besutan Mark Zuckerberg ini pun ikut-ikutan membuat mata uang digital sendiri.

Dengan memiliki mata uang sendiri, Facebook berharap bisa memberi nilai tambah untuk para penggunanya. Wajar, selama ini, pengguna hanya memanfaatkan produk-produk dari Facebook untuk bermedsos ria, berbalas pesan, dan berbisnis.

Namun, dengan adanya Libra, pengguna kini bisa melakukan pembayaran atau transfer uang. Facecook mengklaim bahwa transaksi yang dilakukan lewat Libra berbiaya rendah. Bahkan, pengguna nantinya bisa bertransaksi lintas negara karena Libra dapat ditukar dengan semua jenis mata uang di dunia.

Meskipun sama-sama memanfaatkan teknologi blockchain sebagai tulang punggung, Libra berbeda dengan bitcoin. Libra di-backup oleh aset bernilai tinggi, seperti dollar Amerika Serikat, dan euro. Ia mempunyai fundamental yang kuat sehingga ketika dilepas ke pasar, harganya tak akan begitu fluktuatif.

Untuk memperkokoh kedudukan Libra, dibentuklah sebuah lembaga bernama Libra Association. Lembaga yang bermarkas di swiss ini terdiri atas sejumlah perusahaan besar, seperti paypal, visa, uber, dan mastercard. Lembaga ini bertugas mengelola transaksi Libra di berbagai penjuru dunia.

Walaupun baru resmi dirilis pada tahun 2020, bukan berarti Libra bisa langsung dipakai di Indonesia. Pasalnya, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Juda Agung, menegaskan bahwa alat tukar yang sah di Indonesia adalah rupiah. 

"Intinya, alat pembayaran yang sah adalah rupiah. Jadi, di luar rupiah alat pembayaran lain tidak sah di Indonesia," kata Juda, seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Juda Agung, menjelaskan tanggapan Bank Indonesia terhadap Libra (sumber: dokumentasi Adica)
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Juda Agung, menjelaskan tanggapan Bank Indonesia terhadap Libra (sumber: dokumentasi Adica)

Biarpun dilarang penggunaannya untuk sementara waktu, bukan berarti Bank Indonesia akan menutup rapat-rapat pintu untuk Libra. Manajemen Bank Indonesia tentu perlu mempelajari mekanisme Libra terlebih dahulu. 

Sebab, kalau langsung dibolehkan, dikhawatirkan akan terjadi sejumlah efek negatif, seperti fraud atau pembobolan akun, dan hal itu bisa jadi akan mengganggu stabilitas sistem keuangan Indonesia.

Lagipula, kehadiran Libra belum tentu bisa diterima. Setelah Facebook sempat terlibat kasus Cambridge Analytica beberapa waktu lalu, sepertinya masyarakat akan berpikir dua kali untuk langsung bertransaksi lewat Libra. Mereka takut terjadi kebocoran data seperti kasus sebelumnya.

Meskipun begitu, upaya Facebook dalam menciptakan mata uang digital tersendiri patut dicermati. Apabila nanti Libra mendulang sukses, bisa jadi, perusahaan lain pun akan mengikuti jejak Facebook. Berduyun-duyun mereka akan menerbitkan mata uang digital baru untuk bersaing dengan Libra.

Sebaliknya, andaikan nanti ditolak, bukan berarti usaha Facebook dikatakan gagal total. Bisa saja, ekosistemnya belum terbentuk sehingga Libra belum bisa diterima oleh masyarakat. Namun, jika suatu saat nanti sudah diterima, kehadiran Libra bisa menjadi pioner untuk alat transaksi pada masa depan.

Salam.

Adica Wirawan, Founder of Gerairasa

Referensi:

kumparan.com/@kumparantech

www.cnnindonesia.com/ekonomi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun