Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Drama Getir" di Mobil Angkutan Daring

30 Maret 2018   10:00 Diperbarui: 31 Maret 2018   09:01 3815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengemudi mobil (Pixabay/LollemyArtPhotography)

Pasalnya, kalau membandingkan kisahnya dengan temannya sesama driver angkutan online, kisahnya belumlah apa-apa! Cerita itu sendiri dimulai sewaktu Heri menyinggung "kisah getir" yang dialami temannya. Sebut saja ia Hilman.

sumber ilustrasi: secure.i.telegraph.co.uk
sumber ilustrasi: secure.i.telegraph.co.uk
Pada suatu hari, Hilman mendapat order-an untuk menjemput seorang penumpang di sebuah pusat niaga. Saat itu hujan turun lumayan deras, dan Hilman memacu mobilnya di tengah guyuran hujan.

Hilman pun tiba di lokasi, masuk ke parkiran, sementara si penumpang berdiri menunggu di pintu keluar. Jalan di pusat niaga itu satu arah, sehingga kalau terlewat satu pintu, mobil harus memutar cukup jauh.

Celakanya, Hilman terlewat beberapa mobil di parkiran, cukup jauh dari gerbang tempat si penumpang menanti.

"Halo. Pak, saya tunggu di depan, dekat mobil x. Saya terlewat beberapa mobil dari pintu keluar tempat Bapak berdiri. Susah putar balik." Kata Hilman, dari ujung telepon.

Namun, dengan ketus, si penumpang tetap kukuh kalau Hilman harus menjemputnya persis di depan pintu keluar. Kemudian, Hilman menawarkan diri menjemputnya memakai payung, sehingga ia tak perlu berputar.

Akan tetapi, si penumpang tetap menolak dengan suara keras. Akhirnya, Hilman pun mengalah. Ia memilih memutar untuk menjemput si penumpang. Singkat cerita, masuklah si penumpang ke mobil Hilman.

Akibat peristiwa itu, si penumpang menjadi bad mood. Pasalnya, sewaktu Hilman meminta uang parkir yang harus dibayarkan di loket keluar, si penumpang malah marah-marah.

"Itu kan urusan Bapak!" Katanya disertai nada tinggi.

Lagi-lagi Hilman mengalah. Ia rela merogoh uang dari kantongnya untuk membayar parkir.

Seperti sudah bisa ditebak, perjalanan itu terasa penuh "ketegangan". Si penumpang ogah menunjukkan jalan kepada Hilman dan malah menyuruhnya mencari saja lokasi yang dimaksud di aplikasi, biarpun Hilman telah bersikap seramah mungkin!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun