Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Drama Getir" di Mobil Angkutan Daring

30 Maret 2018   10:00 Diperbarui: 31 Maret 2018   09:01 3815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengemudi mobil (Pixabay/LollemyArtPhotography)

Setelah selesai menghadiri acara Kompasiana di kawasan Serpong pada tanggal 25 Maret lalu, bersama teman-teman Kompasianer lainnya, saya memesan layanan Gocar, dan kebetulan saja, mendapat seorang driver yang "senang" curhat kepada penumpangnya.

Sebut saja ia Heri. Berdasarkan obrolan awal yang dilakukan, saya menjadi tahu sekilas kehidupannya, beserta sekelumit "pahit-manis" pengalamannya sewaktu ia menekuni pekerjaan yang sudah menjadi tren tersebut.

Heri mengakui telah menjadi driver Gocar cukup lama. Tidak seperti lainnya, ia menjadikan pekerjaan itu sebagai mata pencaharian utama. Makanya, wajar saja kalau setiap hari, ia "terjun" ke jalan sepanjang hari dan bertemu dengan beragam jenis orang. Lewat interaksi itulah ia sering mendapat "oleh-oleh" berupa pengalaman, yang isinya seolah penuh dengan "drama".

Satu di antaranya dibagikan kepada saya dan kawab-kawan. Pada saat itu, sambil menyetir, Heri menceritakan pernah mendapat penumpang yang "istimewa". Pasalnya, penumpang itu memesan melebihi kapasitas.

Sekadar informasi, layanan Gocar hanya tersedia maksimal bagi empat penumpang. Namun, pada waktu itu, Heri mendapat delapan penumpang! Wkwkwkwkwkwkwk.

Memang, kapasitas mobil yang dibawanya mampu mengangkut semua penumpang itu. Namun, lantaran melebihi "jatah kursi" yang ditetapkan, Heri melakukan negosiasi. Ia merasa perlu mengenakan cash tambahan.

"Karena Ibu bawa banyak teman, uang tambahannya bagaimana?" Kata Heri, berbicara sesopan mungkin demi menunjukkan profesionalitasnya dan menjaga perasaan penumpangnya.

"Baik, Pak, nanti akan saya tambah," kata si penumpang.

Biarpun si penumpang enggan menyebutkan uang tambahan di luar tarif, Heri menyanggupinya. Lagi-lagi ia enggan berkata-kata. Sebab, ia ingin penumpangnya merasa nyaman dengan pelayanannya.

Jadi, berangkatlah Heri membawa semua penumpang yang berjumlah delapan orang itu ke lokasi yang dituju. Perjalanan itu menghabiskan waktu cukup lama dan tibalah mereka ke lokasi. Sewaktu turun, si penumpang menyetorkan uang pembayaran.

Namun, nominalnya ternyata di luar harapan Heri. Pasalnya, si penumpang hanya memberi uang tambahan Rp 2000 saja untuk delapan penumpang! Sedih? Jelas! Namun, Heri tidak ambil pusing atas perilaku penumpang yang dibawanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun