Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Perlukah Kita Menguji Pasangan Layaknya Mengukur Karat Berlian?

3 Oktober 2017   17:58 Diperbarui: 4 Oktober 2017   08:32 2407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://dailymail.co.uk

Obrolan saya dengan rekan kerja soal dunia percintaan dan rumah tangga akhirnya "melahirkan" sebuah simpulan yang menurut saya agak "eksentrik".

Awalnya saya hanya ingin minta sarannya soal membina hubungan dengan lawan jenis, serta mengetahui perbedaan antara masa pacaran dan pernikahan. Semua itu dilakukan karena saya perlu sudut pandang berbeda soal kehidupan pernikahan yang kelak akan saya jalani. Sederhananya, saya butuh "modal" berupa pengalaman sehingga setelah berkeluarga, perasaan "syok" dapat diredam dan konflik bisa diminimalkan.

Untungnya, teman kerja saya cukup bermurah hati. Dia mau menjelaskan pengalamannya secara panjang lebar. Dari ceritanya, saya jadi tahu bahwa dunia orang saat "berpacaran" berbeda jauh dengan dunia dalam "berumah tangga". Menurutnya, kehidupan rumah tangga lebih menekankan soal "tanggung jawab", sementara masa pacaran cenderung menggembar-gemborkan "perasaan" semata.

Makanya, pasangan yang sudah menikah harus mengesampingkan perasaan dan mengutamakan tanggung jawab. Apalagi setelah hadirnya seorang anak, tanggung jawab yang diemban sepasang suami-istri jauh lebih berat. Mereka harus bersedia bekerja sama demi kesuksesan keluarga yang dibinanya.

Setelah mendengar penjelasannya, saya menyandarkan punggung ke sandaran kursi dan menarik napas panjang. "Baiklah, sepertinya pernikahan jauh lebih 'rumit' dan 'berat' daripada pacaran," kata saya dalam batin.

Pasalnya, untuk membangun sebuah keluarga yang akur, kita mesti menemukan seseorang yang sepikiran dan sesikap dengan kita. Namun demikian, itulah pesoalannya. Bagaimanakah kita menemukan pasangan yang tepat untuk kita? Bagaimana pula kita "menguji" bahwa pacar yang dimiliki saat ini adalah pasangan yang tepat dalam membina keluarga?

Pertanyaan itu mengawang di pikiran saya, sehingga saya langsung menanyakannya kepadanya. Dia menjelaskan bahwa setiap orang punya "kriteria tersendiri" dalam memilih pendamping hidupnya.

Namun demikian, dia menganjurkan supaya kita mengujinya terlebih dahulu. Jangan sampai kita salah memilih pasangan hanya karena otak kita sudah "dibanjiri" oleh bayangan parasnya yang rupawan.

Makanya, kemudian dia menawarkan tiga cara untuk mengetes calon pendamping berikut.

Bersediakah dia berpanas-panasan sewaktu mengunjungi suatu tempat?

Saran tersebut memang terdengar agak "aneh". Namun demikian, tujuannya jelas. Semua itu dilakukan untuk menguji daya tahan pasangan terhadap perubahan lingkungan, serta mengukur tingkat kesabarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun