Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Akibat Menjadi Antisosial

23 Juli 2016   08:36 Diperbarui: 23 Juli 2016   15:31 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peristiwa tragis itu berawal ketika Y pulang sekolah. Dalam perjalanan Y dihadang oleh 14 orang remaja. Para remaja tersebut kemudian memperkosa Y. Tak hanya itu, pelaku bahkan tega membunuh Y demi menghilangkan bukti. Jenazah Y ditemukan tiga hari kemudian dalam kondisi penuh luka. (Kisah selengkapnya dapat Anda baca pada tulisan lainnya Empati dalam Edukasi Seks di Sekolah)

Polisi bertindak cepat. Para pelaku kemudian berhasil ditangkap. Di hadapan penyidik, mereka mengaku melakukan perbuatan itu lantaran berada di bawah pengaruh alkohol dan video porno.

Namun, menurut hemat saya, perbuatan pelaku lebih dari sekadar itu. Perbuatan pelaku menunjukkan tiadanya perasaan empati. Sebuah indikator dari perilaku antisosial.

Mental Remaja yang Sehat

Agar peristiwa itu tidak terulang, mentalitas yang sehat, terutama di kalangan remaja, harus dibangun. Menurut hemat saya, terdapat tiga cara untuk meningkatkan kualitas mental remaja.

Pertama, edukasi seks dimulai dari keluarga. Saya sangat setuju dengan ungkapan bahwa guru pertama seorang anak adalah orangtuanya. Orangtua tak hanya bertugas merawat, tetapi juga mendidik anaknya, termasuk soal seks.


Namun, sayangnya, berdasarkan pengamatan sehari-hari, orangtua mengalami kesulitan sewaktu menjelaskan soal seks kepada anak-anaknya. Selain minimnya pengetahuan, gaya komunikasi orangtua pun cenderung ambigu.

Ketika ditanya soal seks, misalnya, orangtua cenderung mengabaikan atau bahkan mengalihkan pembicaraan. “Jangan tanya begitu; kamu belum cukup umur.” Demikian alasan yang kerap disampaikan orangtua. Akibatnya, anak justru bertanya-tanya, atau bahkan bisa salah kaprah.

Sebagai alternatif, kita bisa mengajak anak mengunjungi Museum Tubuh. Di sana anak akan mengenal perbedaan gender lengkap dengan penjelasan ilmiahnya. Dengan mengetahui perbedaan gender, anak tak hanya bisa membatasi wilayah pribadinya, tetapi juga mampu merawat organ reproduksinya dengan baik. (Silakan baca artikel saya yang berjudul Mengenalkan Perbedaan Gender di Museum Tubuh)

www.tripadvisor.com
www.tripadvisor.com
Kedua, anak perlu belajar melatih kesadaran diri di sekolah. Kesadaran diri adalah sebuah kemampuan dalam mengenali, mengelola, dan melepas emosi yang muncul secara efektif. Kesadaran diri adalah modal utama untuk meningkatkan kecerdasan emosional. Jadi, dengan mengenali perasaan yang muncul, seorang anak akan mampu mengatur emosinya secara bijaksana.

www.thepracticingmind.com
www.thepracticingmind.com
Sebagai contoh sewaktu energi seksual muncul, anak mampu mengenali dan melepas energi tersebut dengan efektif. Oleh sebab itu, energi itu tidak sampai tersalurkan dalam perbuatan asusila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun