Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Era Presiden Jokowi, Kita Habisi Derita Papua

28 Januari 2018   15:26 Diperbarui: 28 Januari 2018   15:30 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
satgas terpadu kemanusiaan mengevakuasi para korban wabah campak dan gizi buruk di Asmat. (FOTO: regional.kompas.com)

Kita tentu terkesima, terkejut, dan prihatin dengan problema gizi buruk melanda sebagian tanah Papua. Untung saja cepat diekpose media massa. Pemerintah terkejut. Masalahnya langsung diatasi. Koordinasi kerja dimantapkan. Kitapun lega, pasukan TNI/Polri langsung menerobos lokasi sasaran gizi buruk tersebut.

Kini, problema gizi buruk melanda sebagian tanah Papua itu sudah ditangani. Kita berharap, jangan lagi berulang 'problema memalukan' menimpa warga kita yang bermukim di tanah Papua yang kaya dengan hasil buminya.

Meski belum lama waktunya, persis di era kepemimpinan Gubernur Barnabas Suebu, pernah di Jayapura dilaksanakan rapat kerja nasional Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), tempatnya di aula Kantor Gubernur Papua. Dalam raker yang berlangsung serius tersebut, secara tiba-tiba muncul seorang anak muda mengaku mahasiswa, kuliah di Jogjakarta, langsung bicara yang fokusnya menyorot dana otonomi khusus yang tampaknya tidak sesuai capaian sasarannya.

Masih segar dalam ingatan saya, sebagai salah seorang peserta raker ketika itu utusan PWI Sumatra Barat, apa yang disampaikan anak muda yang sekonyong-konyong dalam pertemuan itu, mungkin juga ada benarnya, sesuai dengan perkembangan terkini Papua, berkaitan dengan serangan gizi buruk, yang tengah diatasi problemanya.

Disebutkan anak muda itu, dana otonomi khusus (Otsus) yang disebutkan cukup besar jumlahnya tidak maksimal sasaran pemanfaatannya, yang sebenarnya diprioritaskan untuk peningkatan kesehatan dan pendidikan masyarakat.

Apa yang disampaikan mahasiswa itu beberapa tahun lalu ternyata sesuai dengan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang kasusnya sedang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seperti bisa disaksikan lewat ekpose televisi yang dikemukakan Humas KPK baru-baru ini.

Tampaknya, problema dana Otsus Papua ini sudah lama dapat sorotan oleh cendekiawan muda cerdas Papua seperti terungkap dalam Rakernas PWI di zaman kepemimpinan Gubernur Barnabas Suebu. Namun, keseriusan maksimal ketika itu belum juga muncul dalam mencari opsi terbaik untuk memaksimalkan dana Otsus agar mencapai sasaran yang dikehendaki banyak pihak.

Dengan semakin terbukanya beragam informasi melalui media tentang Papua, sudah sangat pantas rasanya apa yang negatif tentang Otsus tidak terjadi lagi.

Di era Presiden Joko Widodo sekarang, mari semua pihak berbenar-benar membangun Papua dalam arti yang sebenarnya. Dana Otsus yang sering menghebohkan, pantas dimanfaatkan maksimal sesuai dengan sasarannya.

Reformasi pemanfaatan dana Otsus Papua pantas dilakukan operasi besar-besaran. Sebab, sasaran utamanya adalah peningkatan pendidikan dan kesehatan, sangat dibutuhkan gerakan revolusi besar- besaran di bidang ini dimunculkan.

Pantas rasanya, pengelolaan dana Otsus ini tidak berbelit-belit. Kalau selama ini dianggap gagal, sangat pantas kegagalan itu jangan sampai berulang. Sistem terbaru juga layak dimunculkan dalam membangun Papua. Wartawan yang mengabdi di tanah Papua, janganlah hanyut dengan beragam ketimpangan yang masih melanda Pulau Cendrawasih ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun