Susana demo mahasiswa dengan tagar #Indonesia Gelap akan berubah seketika  menjadi adem dengan harapan  di hari dan waktu mendatang muncul tagar pengganti  #Indonesia Gemerlapan.
Rangkulan hangat penguasa seperti yang dilakukan Menteri Sekertaris Negara (Mensesneg) kepada seorang pendemo itu adanya sikap belas kasih penuh perhatian dari perwakilan pemerintah atas sikap jujur dan pemberani pada generasi penerus bangsa yang sedang menyuarakan isi hati masyarakat secara umum.
Pada dasarnya sikap protes dari warga atau masyarakat Indonesia kepada kebijakan pemerintah (diwakili adik-adik mahasiswa). Itu adalah nutrisi yang sangat bergizi bagi tubuh negara ini. Bagaimana tidak, jujur saja sekarang ini negara sedang lesu, kurang bersemangat, sakit meriang. Setelah keluar dari serangan Wabah Covid -19 yang memorak-porandakan ekonomi. Sekarang Negara tidak punya uang lagi (alias bokek), lihat saja komposisi APBN 2025 pendapatan kita yang 3005 Triliun,  paling besar dari perolehan pajak, sementara kebutuhan belanja negara nilai uangnya 3600 Triliun (akhirnya minus lagi/defisit 600 Triliun). Keadaan bokek seperti ini negara menutupinya dengan berbagai cara seperti; menaikkan PPN  dari 11% menjadi 12%  untuk seluruh Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) yang tergolong barang mewah. Cara lainnya bisa saja negara melakukan yang lebih konvensional yaitu pinjam ke Bank Emok Internasional (IMF) namun bunganya tinggi, negara malu- gengsi juga, belum lagi resiko tinggi karena biasanya badan seperti itu 'ada udang di balik batu'. Ingat kan saat terjadi krisis moneter tahun 1997 IMF mengintervensi kebijakan keuangan yang imbasnya, derita tak berkesudahan bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Adegan panggung politik yang memakan banyak uang rakyat (dari anggaran negara lewat KPU) Â membuat masyarakat letih dan capek. Alih-alih menghasilkan perubahan menuju 'Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia' yang terjadi malah sebaliknya: PHK dimana-mana, daya beli masyarakat-pun otomatis berkurang. Inikah hasil demokrasi. Kalau seperti ini, sungguh menyedihkan, bukan!
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)Â rangkulan mengandung arti ungkapan kedekatan yang dilakukan dengan memeluk atau melingkarkan lengan pada tubuh seseorang. Rangkulan merupakan bentuk keintiman fisik.
Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming Raka saat kampanye pemilu calon presiden dan wakil presiden menawarkan program yang realistis dan sifatnya merangkul kepada masyarakat kecil dengan program unggulan makan siang gratis. Program tersebut sukses menjadikan ke-2 nya Presiden dan Wakil Presiden dengan masa jabatan 2024-2029. Kini program makan siang gratis tersebut telah dilaksanakan secara bertahap. Dan berganti menjadi Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Tujuan dari MBG ini menghilangkan kasus stunting (kekurangan gizi kronis pada anak di tambah kurangnya asupan gizi pada ibu hamil yang mengakibatkan kematian.) ciri stunting ini ditandai : 1. berat badan tidak meningkat konsisten 2. dan tinggi badan  anak tidak sesuai usianya. Manfaat MBG selain untuk menyejahterakan masyarakat juga mengurangi resiko dapur kaum ibu sehingga urusan dapur tidak terlalu membebani keluarga.
Di balik kesuksesan program yang merangkul masyarakat tersebut, urusan perut sangatlah sensitif, jangan sampai seorang-pun mati kelaparan di persada bumi Nusantara ini. Kalaupun terjadi, itu aib bagi bangsa dan negara yang berfalsafah "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia."
Semua orang di dunia mengakui bahwa surga dunia ada di tempat ini. Dengan kekayaan laut yang melimpah, ikan beraneka ragam hidup di bahari Indonesia, kekayaan lautan yang melimpah- ruah ini membuat negara sekelas Amerika Serikat kagum, ini terbukti  ketika pemerintah Amerika Serikat melakukan proses pengalihan utang senilai 35 Juta Dolar AS pada 15 Januari 2025 untuk kegiatan konservasi dan perlindungan ekosistem terumbu karang di wilayah Indonesia.
Tagar #Indonesia Gmerlapan sudah terjawab kini, berkat perjuangan mahasiswa sebagai cahaya abadi  (Eternal Flame), telah mengingatkan para pemimpin jangan menyengsarakan rakyat lewat kebijakan nyeleneh, apalagi di saat sulit seperti ini. Pakailah kebijakan yang merangkul bukan memukul dan sifatnya solutif. Rakyat Indonesia bukan bangsa primitif,  percayalah kita semua manusia-manusia beradab yang bisa diajak bicara/ komunikasi, bisa hidup demokrasi, berdiskusi, dan bermufakat.Â
Sikap masyarakat Indonesia masih penuh keramahan dan bisa memaklumi kalau negara ini punya hutang dan ber hutang untuk menutupi kebutuhan hidupnya. (APBN nya defisit). Untuk membicaran pemotongan anggaran pasti didukung oleh seluruh rakyat Indonesia, apabila pemotongan anggaran itu di pos yang tepat dan uangnya dialihkan untuk kesejahteraan rakyat (seperti program MBG). Jangan sampai anggaran pendidikan 20% yang tercantum dalam UUD RI Tahun 1945 Amandemen IV Pasal 31 ayat (4). Ikut dipotong dan dialihkan ke proyek selain pendidikan.