Maklum kedua anak saya lahir operasi sesar. Nuh lahir 4,1 kilogram, Mirai lahir 4,0 kilogram.Â
Nuh lahir tahun 2008 bulan November setelah ditunggu 12 jam usai bukaan pertama, tapi belum ada tarikan untuk mau brojol, hehehe. Mungkin sudah nasib, diterima saja, disyukuri.
Tapi yang jelas, waktu awal nikah itu kami memang tidak ada kata menunda. Kami ingin segera punya anak.Â
Yang saya ingat waktu itu banyak doa saja. Doa yang banyak, ikhtiar yang maksimal. Sudah itu saja.
Kalau soal menata manajemen rumah tangga, seperti di awal tulisan ini, saya memang sudah terlatih gerak cepat urusan rumah tangga.Â
Kecuali untuk hal yang berkenaan dengan pertukangan, listrik, dan sebagainya, saya lebih suka mencari orang ketimbang saya yang mengerjakan. Bukannya tidak mau, memang tidak bisa saja, hahaha.
Oh iya, pagi itu saya masih menyempatkan menyapu dan mengepel sesekali bergantian dengan istri. Karena kami sama-sama orang media massa, dan istri produser eksekutif televisi berjaringan nasional, saat dia masak kadang masih cek ponsel untuk penugasan reporter di lapangan atau persiapan di studio.Â
Saya memakluminya. Karena itu, beberapa kerjaan saya yang ambil alih biar cepat.
Lagi pula kami tidak mesti buru-buru amat ke kantor. Kadang saya mengantar istri pukul 09,30, bahkan pernah pukul 10.00.Â
Saya dengan kondisi mengelola web sendiri lebih enak atur waktu. Sudah cukup jadi orang gajian belasan tahun, hehehe.
Masukan untuk pasangan muda dalam membina keluarga, khususnya untuk merencanakan program kehamilan, bisa dibicarakan baik-baik. Saran saya sih satu saja. Tidak usah ada program menunda-nunda.