Hamil atau tidak itu urusan Tuhan soalnya. Kita ikhtiar tapi Allah swt lah yang menentukan.Â
Makanya, mau dapat rezeki anak kenapa pakai ditunda segala. Kecuali barangkali untuk sesuatu yang memang mesti ditunda.Â
Namun, kuasa menunda atau tidak itu kan tidak di tangan kita. Kuasanya ada di hak prerogatif Allah swt.
Kemudian, komunikasi dan manajemen di rumah tangga diatur simpel dan enjoy saja. Tidak mesti ada aturan siapa mengerjakan apa. Siapa yang bisa dan lebih longgar waktunya, silakan mengerjakan.
Saya pun kalau bisa masak, mungkin malam itu sudah saya persiapkan bumbu untuk pagi hari. Persoalannya saya tak ahli memasak.Â
Tapi kalau diadu bikin nasi goreng, saya sanggup dan kebanyakan orang bilang enak. Nasi goreng saya mesti pedas dengan cabai, tomat, bawang merah, bawang putih yang diulek, tidak diblender pakai mesin.Â
Rasanya beda antara ulekan batu dengan blender. Apalagi dicampur kecap asin sedikit dengan dua telur ceplok mata sapi, uh yummy pasti.
Itu sih yang bisa saya ceritakan. Ini demi keseimbangan peran saja di rumah tangga.Â
Yang jelas, suami adalah kepala keluarga. Tugas untuk mencari nafkah utama ada di tangan suami.Â
Juga untuk mendidik anak, ayah atau suami juga punya peran. Kata banyak orang, anak yang tumbuh dan dekat dengan ayahnya lebih punya kans untuk jadi anak saleh dan saleha serta cerdas plus sukses di masa depan, ketimbang yang tidak.Â
Saya belum survei sih, cuma saya percaya saja. Selamat memprogram kehamilan buat Anda keluarga muda atau yang sudah beberapa lama berkeluarga dan kini hendak memulai lagi program kehamilan untuk istri tercinta. [Adian Saputra]
Â