Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jurnalisme Lapis Legit

4 Januari 2023   08:04 Diperbarui: 4 Januari 2023   09:18 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Waktu Indonesia bertanding dengan Thailand di penyisihan grup, semua media massa arus utama memberikan peliputan. Berita pertandingan itu tidak satu saja dibuat reporter atau editornya. Berita soal pertandingan itu bisa dipecah menjadi banyak angle.

Ketika ada gol perdana, semua media massa berlomba-lomba menaiksiarkan berita soal itu. Ketika pemain Thailand ada yang mendapat kartu merah, media massa juga langsung memberitakan. Ketika Indonesia kebobolan dalam posisi unggul jumlah pemain, beritanya sebentar juga sudah terbit. Tak lama peluit panjang dibunyikan wasit, berita juga tak lama muncul. Informasi yang kita dapati berlapis-lapis.

Dulu, belum marak zaman media daring dan media sosial, andalan kita koran. Tahun 2002 saat Piala Dunia digelar di Jepang dan Korea Selatan, saban hari beli koran saking pengen tahu perkembangan Piala Dunia. Hasil pertandingan menjadi informasi yang menarik. Demikian juga ulasan para pakar soal pertandingan dan pemain yang mencuat kala itu. Informasi yang sarat dengan kebenaran sebagai ciri khas jurnalisme itu muncul berlapis-lapis. Tidak diketengahkan dalam satu edisi koran.

Sekarang juga sama. Bedanya hanya medianya saja. Kini orang bergantung pada media daring. Informasi soal sidang Sambo masih terus berjalan. Publik disajikan dengan kebenaran faktual yang berlapis-lapis.

Jurnalisme itu mengetengahkan informasi yang benar. Ia dibentuk selapis demi selapis. Entah sampai kapan berita itu menjadi paripurna. Selama masih ada informasi terbaru. Kebenaran itu akan selalu menunggu lapisan berikutnya.

Mirip seperti ibu-ibu kita kalau membuat kue lapis legit. Bahannya lumayan banyak. Membuatnya lumayan lama. Menata lapisan kue lapis legit itu tidak gampang. Oleh karena itu, harganya juga mahal. Bahan bakunya juga berkelas kalau ingin kuenya enak.

Buat saya, jurnalisme ini ibarat kue lapis legit. Kue yang enak dan diminati banyak orang. Kue basah yang saban Idulfitri dan Natal acap terhidang di meja tamu kala kita bertandang.

Menata lapisan dalam kue lapis legit ini ibarat kita menata kebenaran faktual yang kita sajikan dalam karya jurnalistik. Ia akan terus dibentuk selapis demi selapis demi mendapatkan tingkat dan ukuran yang pas untuk disajikan. Tidak bisa baru selapis kemudian sudah diangkat dari oven kemudian dihidangkan. 

Bahkan kini ada juga variasi kue lapis legit yang bentuk lapisannya seperti dadu beraneka warna. Saya tak habis pikir bagaimana baker-baker itu membuat kue seenak dan semanis itu, baik citarasa maupun cara kita memandangnya.

Bagi saya, kebenaran dalam karya jurnalistik itu ibarat lapis legit yang dibentuk dari lapisan satu ke lapisan yang lain. Selamat menikmati lapis legit, eh. Bandar Lampung, Rabu, 4 Januari 2023. Salam hangat. [Adian Saputra]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun