Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Beberapa Alasan Mengapa Masjid Mesti Jadi Lokasi Favorit Ngabuburit

24 Mei 2018   18:55 Diperbarui: 24 Mei 2018   19:24 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Satu kebiasaan kita saat sore menjelang berbuka puasa adalah Ngabuburit. Kami di Bandar Lampung, mungkin juga tempat lain, biasa melafalkan kebiasaan itu dengan nyore. Waktunya sekira jam lima sampai menjelang beduk magrib.

Lazimnya anak-anak yang baru mulai puasa dan remaja yang ngabuburit. Ada juga orangtua yang mengajak anak-anaknya untuk menunggu waktu berbuka.

Kebanyakan orang memanfaatkan waktu menunggu berbuka dengan belanja takjil atau makanan pembuka puasa. Bisa ke pasar, ke alun-alun, atau bahkan ke kafe dan mal. Ada juga yang sekalian berbuka puasa di tempat-tempat itu, tidak sekadar membeli atau belanja.

Satu yang menarik, buat saya pribadi, ngabuburit sebetulnya hanya memanfaatkan momentum. Maka itu, menghabiskan waktunya pun berbeda-beda.

Namun, jika kita menyigi makna puasa yang menahan lapar haus serta hawa nafsu, ada baiknya pola mengisi waktu nyore-nya diubah. Saya mengusulkan itu dengan ngabuburit di masjid. Mengapa demikian?

Puasa adalah masa di mana kita menahan diri dari segala perbuatan yang bisa membatalkan pahala puasa. Salah satunya tentu menjaga lisan dan pandangan. Pasar, mal, jalan, nongkrong, ngobrol dan sebagainya punya peluang mengurangi pahala puasa kita. Sebab, ngabuburit semacam itu rentan dengan godaan.

Tak tahan kita untuk memandang segala hal saat ngabuburit. Termasuk juga saat ngobrol yang mungkin tersilap membicarakan keburukan orang lain. Kalau sudah begitu, esensi puasa kita menjadi hilang. Puasa yang semestinya memberikan pengaruh baik kepada kita akhirnya tereduksi. Sebab itu saya lebih menyarankan agar menunggu waktu berbuka puasa di masjid.

Masjid akan menjadi medium yang baik untuk menjaga kesempurnaan puasa kita sebulan penuh. Di masjid, setidaknya kita bisa berdiam diri hingga menunggu azan magrib.

Di masjid kita bisa mengambil Alquran dan membacanya. Atau setidaknya melafalkan zikir dan doa-doa.

Atau jika kita membawa ponsel, juga tak mengapa membuka media sosial kita. Sekadar untuk mengetahui aktivitas netizen lainnya. Siapa tahu ada inspirasi baru dari status atau foto-foto mereka.

Namun, ngabuburit di masjid pun bukannya tidak punya "risiko" . Andai bertemu teman kemudian kita bergosip, ya sama saja. Sebab itu niat ngabuburit dengan iktikaf di masjid mesti kuat. Jika ada kawan yang berada di masjid mengajak ngobrol namun mengarah kepada hal yang memubazirkan waktu, lebih baik hindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun