Mohon tunggu...
A.Dian Mustika Anugrah
A.Dian Mustika Anugrah Mohon Tunggu... Universitas Hasanuddin

Mahasiswa Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Prodi Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Perkembangan Anak Usia Dini: Ancaman atau Peluang?

22 April 2025   14:11 Diperbarui: 22 April 2025   14:11 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bukan Sekadar Layar: Saatnya Hadir Sepenuhnya untuk Anak

Hari ini, tak sulit melihat anak kecil duduk tenang menatap layar gadget. Di pusat perbelanjaan, restoran, bahkan di ruang tunggu dokter, layar seolah menjadi "penyelamat" bagi orang tua. Gadget menjadi alat ampuh untuk membuat anak diam, tak rewel, dan sibuk sendiri. Namun, benarkah ini solusi? Atau jangan-jangan, ini adalah jebakan halus yang perlahan menggerogoti masa emas tumbuh kembang mereka?

Teknologi sejatinya bukan musuh. Jika digunakan secara bijak dan terarah, gadget bisa menjadi jendela dunia bagi anak-anak. Aplikasi interaktif yang penuh warna dan suara mampu memperkenalkan huruf, angka, bentuk, hingga membantu anak berpikir logis dan kreatif. Gadget bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan, membuat anak tidak sekadar menjadi pengguna, tapi juga penjelajah pengetahuan.

Namun, kunci dari semua manfaat itu adalah pendampingan dan batasan. Tanpa itu, gadget justru bisa berubah menjadi ancaman diam-diam yang menghambat proses perkembangan anak secara emosional, sosial, bahkan kognitif. Banyak orang tua menjadikan gadget sebagai "pengasuh digital", menyerahkannya ke tangan anak agar bisa fokus bekerja, beristirahat, atau sekadar tenang dari rengekan.

Padahal, saat anak terlalu sering disodori layar tanpa interaksi, mereka belajar bahwa dunia lebih mudah dijalani tanpa perlu komunikasi nyata. Mereka tumbuh nyaman berbicara dengan layar, bukan dengan manusia. Dampaknya bukan sekadar diam atau pendiam tetapi bisa menjalar ke keterlambatan bicara, kesulitan membangun hubungan sosial, hingga menurunnya daya konsentrasi. Ironisnya, anak-anak yang secara teknis mahir menggunakan gadget bisa jadi justru tak mampu menyebutkan nama lengkapnya sendiri dengan jelas.

Ini seharusnya menjadi alarm, bukan hanya bagi orang tua, tetapi juga pendidik dan semua pihak yang peduli terhadap masa depan generasi muda. Masa kanak-kanak adalah fase yang sangat menentukan. Ini adalah periode ketika kasih sayang, pelukan, sentuhan, dan percakapan hangat menjadi pondasi utama pembentukan karakter. 

Gadget memang menawarkan hiburan instan. Tapi apa yang lebih bermakna dari kehadiran nyata? Pelukan sebelum tidur, tawa lepas saat bermain, atau percakapan sederhana sambil makan malam adalah "fitur kehidupan" yang tak dimiliki oleh teknologi mana pun.

Mari kita sadar, anak-anak tak hanya butuh layar. Mereka butuh orang tua yang benar-benar hadir bukan sekadar hadir secara fisik, tapi hadir dengan hati dan perhatian penuh. Karena pada akhirnya, bukan gadget yang akan mereka kenang saat dewasa, melainkan momen-momen kebersamaan, kasih sayang, dan cinta yang mereka rasakan setiap hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun