Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

MANGENTANG: Saksi Iman Orang Seriti

4 Desember 2020   12:48 Diperbarui: 4 Desember 2020   14:30 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, Mangentang tidak mau menjual imannya dan masyarakatnya. Prinsip iman yang kokoh diperlihatkan oleh Mangentang ketika ditawari oleh gerombolan DI/TII untuk berpindah keyakinan dan memeluk agama Islam. Seperti yang diketahui bahwa pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dimulai sejak tahun 1951 dan dipimpin oleh Kahar Muzakar.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari catatan sejarah Indonesia, dikemukakan bahwa gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan bermula ketika Kahar Muzakar menempatkan laskar-laskar rakyat Sulawesi Selatan ke dalam lingkungan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Tujuan utamanya adalah keinginan Kahar Muzakar untuk menjadi pimpinan APRIS di daerah Sulawesi Selatan. Itulah sebabnya pada tanggal 30 April 1950, Kahar Muzakar mengirim surat ke Jakarta, dalam hal ini pemerintah pusat yang menyatakan agar semua anggota dari KGGS (Komando Gerilya Sulawesi Selatan) dimasukkan dalam APRIS serta mengusulkan pembentukan Brigade Hasanudin.

Akan tetapi, permintaan Kahar Muzakar tersebut ditolak. Bahkan pemerintah pusat bersama dengan pimpinan APRIS mengeluarkan kebijakan dengan memasukkan semua anggota KGSS ke dalam Corps Tjadangan Nasional (CTN) dan Kahar Muzakar diangkat sebagai pimpinannya dengan pangkat Letnan Kolonel.

Ternyata kebijakan pemerintah pusat tersebut justru mengecewakan Kahar Muzakar. Pada tanggal 17 Agustus 1951, Kahar Muzakar bersama pasukannya melarikan diri ke hutan. Pada tahun 1952 Kahar Muzakar menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan telah menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) pimpinan Kartosuwiryo.

Berlanjut dari kisah di atas, maka gerombolan DI/TII di bawah pimpinan Kahar Muzakar telah memaksa seluruh masyarakat di Sulawesi Selatan untuk memeluk agama Islam termasuk beberapa kampung di Kabupaten Luwu (dulu sering disebut Palopo Selatan). Di mana mayoritas masyarakat di sana merupakan orang Ranteballa dan beragama Kristen. Salah satu kampung yang dipaksa untuk memeluk agama Islam adalah Kampung Salubanga yang kepala kampung waktu itu dipegang oleh Mangentang.  Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dengan diam-diam gerombolan DI/TII telah membujuk Mangentang untuk berpindah ke agama Islam sekaligus mengajak masyarakatnya untuk melakukan hal yang sama, namun tawaran itu ditolaknya.

Sikap dan keputusan ini telah memperlihatkan bahwa sosok Mangentang adalah sosok yang kuat dan prinsip dan kuat berpegang pada iman di dalam Yesus Kristus. Secara manusia, bisa saja dia memilih untuk menerima tawaran itu. Supaya dia bisa memperoleh banyak keuntungan, baik sifatnya materi maupun non-materi. Akan tetapi, Mangentang tidak memilihnya, karena dia punya keyakinan bahwa iman yang benar hanyalah iman dalam Yesus Kristus dan iman itu pula yang menghantarnya untuk tetap kokoh pada pendiriannya bahwa dia dan masyarakatnya akan senantiasa dipelihara dan dijaga oleh Tuhan.


Kedua, Mangentang lebih memilih mengungsikan keluarga dan masyarakatnya. Karena Mangentang memilih untuk tidak kompromi dengan pihak gerombolan DI/TII maka tidak ada jalan lain selain mengungsikan keluarga dan masyarakatnya. Akan tetapi proses menuju kepada pengungsian bukanlah tanpa tantangan dan intimidasi. Di satu sisi dia harus meyakinkan masyarakat di Salubanga bahkan kampung-kampung Kristen yang berdekatan bahwa dengan mengungsi mereka akan selamat, tetapi di sisi lain dia juga dikejar deadline dari pihak gerombolan DI/TII.

Akhirnya dengan hikmat dari Allah Tritunggal, Mangentang berhasil mengatur strategi pengungsian dan ternyata berhasil. Karena mereka bisa tiba dengan selamat di tempat yang aman dan jauh dari ancaman dan intimidasi gerombolan DI/TII. Sekali lagi, Mangentang memperlihatkan sebuah tindakan yang menunjukkan imannya kepada Yesus Kristus. Sekalipun keputusan untuk mengungsi bukanlah keputusan yang mudah namun harus diambil olehnya demi mempertahankan iman kepad Yesus Kristus.  

Ketiga, Mangentang memilih sebuah lokasi tempat tinggal baru dengan sebuah pergumulan iman. Setelah melalui pengungsian dan perjalanan yang cukup jauh maka sampailah kepada tahap pemilihan lokasi tempat tinggal yang baru.

Untuk memilih tempat tinggal yang baru, maka sang kepala kampung (Mangentang) bergumul dan berdoa kepada Tuhan. Itulah sebabnya, ada beberapa lokasi yang pada mulanya ditawarkan kepadanya namun ditolak olehnya. Berbeda halnya dengan lokasi terakhir yang sekarang menjadi desa Seriti, di mana sang kepala kampung, Mangentang mendapat firasat baik dengan sebuah tanda dari Tuhan.

Setelah Mangentang menancapkan beberapa potongan kayu yang telah dipotong sama panjang, kemudian dia berdoa dan kembali mengecek kayu itu dan ternyata mujizat Tuhan terjadi karena kayu itu mengalami perubahan dari segi panjangnya. Akhirnya, Mangentang memilih lokasi itu sebagai tempat tinggal yang baru karena baginya di tempat itulah anak dan cucunya bahkan masyarakatnya dapat tinggal dengan tenang, hidup makmur, dan dapat beribadah kepada Tuhan yang telah menyelamatkan mereka dari kebinasaan. Demikianlah tindakan iman yang dilakukan oleh Mangentang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun