Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berdoa dengan Tidak Jemu-jemu

26 Mei 2020   21:32 Diperbarui: 26 Mei 2020   21:37 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun Allah tidak bisa disamakan dengan hakim yang lalim itu, yang awalnya menolak permintaan janda itu. Akan tetapi melalui perumpamaan ini kita belajar satu hal yang penting bahwa Allah membiarkan umat-Nya menunggu waktu Tuhan menjawab doa kita.

Bahkan dengan menunjuk kepada kedatangan-Nya yang kedua kali, Yesus hendak menghubungkan konsep keadilan dengan hari penghakiman di mana Dia datang sebagai hakim bagi orang-orang yang hidup dan yang mati. 

Apakah Dia akan menemukan iman dalam kehidupan orang Kristen ketika Dia datang untuk kedua kalinya? Apakah orang Kristen tetap setia dalam doa-doa mereka? Apakah orang Kristen terus menerus berdoa untuk kedatangan kerajaan Allah?

Melalui perumpamaan ini, kita dapat melihat tiga hal penting sebagai jawaban untuk pertanyaan: mengapa kita harus berdoa dengan tidak jemu-jemu? 

Pertama, oleh karena doa dengan tidak jemu-jemu merupakan perwujudan iman kita kepada Tuhan secara konkret. Sama seperti janda yang datang kepada seorang hakim yang lalim dengan penuh kegigihan dan keyakinan untuk memenangi perkaranya di pengadilan. 

Kedua, oleh karena Tuhan memang menghendaki kita berdoa demikian sebagai bentuk kegergantungan total kita kepada-Nya. 

Ketiga, berdoa dengan tidak jemu-jemu menunjukkan sebuah kesabaran dalam menantikan jawaban Tuhan. Orang yang tidak sabar menantikan jawaban Tuhan pasti tidak akan berdoa seperti ini.Kiranya tulisan ini bermanfaat dan menjadi berkat bagi setiap jemaat yang membacanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun