Mohon tunggu...
Adi Fahrezi
Adi Fahrezi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Adi Fahrezi Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Psikologi "Apa yang aku tulis dengan 10 jari hari ini, semoga diamini ribuan lidah suatu hari nanti"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

OVJ, JOgja dan Macet

13 Oktober 2013   14:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:35 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan perlahan kukayuh sepeda kesayangan menuju Kosan. Sepanjang perjalanan Nampak volume kendaraan tak seperti biasanya. Ini disebabkan Jogjakarta kembali mengadakan acara besar. Setelah masyarakat dihibur dengan Festival music beberapa hari lalu, semalam Kota Gudeg kedatangan grup artis ibukota yang terkenal dengan kekompakkan dalam melucu. Opera Van Java hadir lagi di Jogja untuk memperingati HUT Jogja yang ke-257. Semua pemain Azis, Nunung, Sule dan Andre juga Parto berusaha tampil maksimal untuk menghibur warga Jogja.

suasana di pintu masuk menuju panggung OVJ

Persiapan matang sudah terlihat dari desain panggung dan lighting yang indah. Semua terlihat perfect untuk sebuah acara yang digelar beberapa jam saja. Ditambah besarnya antusiasme warga Jogja, sehingga kurang dari 3 jam Alun-alun Utara kota Jogjakarta bertransformasimenjadi lautan manusia, berkumpul mengelilingi panggung. Tak ada koreksi untuk acara ini, karena warga Jogja nampak terhibur dengan kedatangan mereka. Ini juga menjadi berkah tersendiri untuk para pedagang kecil. Tukang Parkir dadakan juga tak luput menghiasi sepanjang jalan menuju Alun – alun. Tentu kesemuanya bertujuan dasar sama,yaitu untuk kesuksesan acara.

Namun tetap saja ada hal miris yang mengusik pikiran saya.Jalan-jalan utama,terutama menuju acara macet total. Di jalan trikora misalnya, jam 19.30 WIB (saat acara berlangsung) sepeda ontelku tak bisa bergerak. Dijalan Ibu Ruswo tukang parkir harus pandai mengatur kendaraan pengunjung yang hendak menonton atau yang ingin menuju Wijilan. Namun kemacetanpun tak terelakkan. Polantasterpaksa menutup jalan P.Senopati demi menimalisir volume kendaraan di 0 KM. Tetap belum mapu menjadi solusi ampuh, karena Jalan Katamso tak cukup menampung pengalihan kendaraan. Secara pribadi saya tidak mempermasalahkan, karena kendaraan yang saya pakai tidaklah menggunakan bahan bakar. Namun tidak dengan yang menggunakan mesin. Tentu mereka harus berpikir segera mengisi kembali karena habis selama macet. Inikah kondisi nyaman untuk sebuah Negara yang sedang dilanda krisis BBM?

138164879126604118
138164879126604118
kondisi di jalan trikora

Taka ada maksud saya untukmenyalahkan salah satu pihak terkait. Tapi kalau boleh berpikir sedikit kritis, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjabarkan penyebab masalah, sehingga diharapkan bisa tercipta solusi untuk kedepan. Ada beberapa faktor utama yangmenjadi sebab Jogja macet.

1.Bertambahnya volume kendaraan dari hari ke-hari

Kondisi ini sudah menjadi masalah utama di kota-kota besar di Indonesia. Sudah banyak pula upaya peminimalisiran kendaraan. Namun tetap saja menjadi pepesan kosong para pihak terkait. Seharusnya pemerintah lebih tegas dalam pengaturan kepemilkan kendaraan. Ada payung hukum yang kuat untuk mengatur kendaraan. Jogja yang terkenal dengan ketentraman dan dan kenyamanan dari semua aspek perlahan mulai luntur. Panas, macet, kisruh dan semrawut sudah mulai menjadi mindset orang luar. Jika ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin jogja akan berdiri sejajar dengan Jakarta yang terkenal dengan Kota Metropolitan yang keras.

2.Kurang maksimalnya Ringroad

Ringroad kini mulai tidak diminati para pengendara. Pengendara yang ingin menuju ke Solo,Klaten Dsb. Lebih suka memilih lewat jalur kota. Faktor yang paling ringan adalah karena tidak ada yang menarik sepanjang jalan Ringroad. ini juga sebenarnya bisa menjadi bahan pertimbangan untuk memaksimalkan minat pengendara melewati ringroad. pemerintah bisa berkoordinasi memberikan nuansa baru, sehingga pengendara yang numpang lewat bisa terkesan.

3.Mulai muncul jiwa Hedonisme

Ada sedikit emosi ketikasaya melihat 2 orang Siswi SMP mengendarai motor berusaha menyalip dalam kemacetan. Tampak gesture mengendaranya belum begitu mahir. Jika bapak sopir angkot yang saya naiki tak lincah, entah bagaimana nasib mereka. Dan yang tak habis pikir, kenapa orang tua mereka membolehkan anaknya mengendarai motor di jalan raya?bukankah itu terlalu berbahaya bagi anak yang belum matang (tanpa SIM -red)? Alasan tertinggi yang berhasil dihimpunadalah karena di rumah ada beberapa motor jadi sayang kalau tidak dipakai. Kemudian di susul alasan karena itu trend untuk kalangan muda. Tentu ini sinkron dengan kenapa acara semalam menyebabkan macet total.

Pertanyaan yang muncul, akan terus seperti inikah Jogja kita tercinta ???


Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun