Mohon tunggu...
M. Auliya Adhytama
M. Auliya Adhytama Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Chemistry Saling Menguatkan Sebagai Alasan Bangkitnya Usaha Keluarga

13 Juni 2025   14:41 Diperbarui: 13 Juni 2025   14:41 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto Anisa dan Rafi owner HUHA | source : dokumentasi pribadi

Di tengah derasnya arus kompetisi kuliner, satu nama sederhana mencuri perhatian masyarakat Bantul dan sekitarnya HUHA. Nama yang terdengar unik ini tidak berasal dari istilah keren atau kombinasi nama keluarga pemiliknya. Justru, "HUHA" lahir dari hal paling otentik dan jujur dalam dagangan mereka yaitu sambal. Sambal mereka memiliki rasa yang khas dan tentunya pedas, sampai orang yang mencicipi refleks berkata "Huh ha!" begitulah cerita lucu di balik nama yang kini lekat di hati pelanggan mereka.

HUHA bukan bisnis hasil investasi besar, ia lahir dari sepasang suami istri yang sederhana Anisa Lutfiana alumni SMK 1 Bantul yang kini tinggal di Segoroyoso, dan Rafi Yudhatama alumni SMK 4 Jogja dari Trimulyo. Keduanya bukan berasal dari keluarga pengusaha. Saat sebelum ide ini muncul, Rafi hanya membantu usaha ayahnya sebagai pengrajin kain membuat kotak perhiasan secara manual dan Anisa pun tidak jauh berbeda, sekadar membantu ibunya mengelola warung makan kecil di rumah. Namun, dari situasi sederhana itulah benih mimpi ditanam.

Usaha mereka dimulai dari obrolan ringan selepas lulus SMK. Sebuah ajakan santai dari sang suami "Bikin usaha kecil-kecilan yuk," yang dijawab sang istri dengan senyum dan semangat untuk membantu ekonomi keluarga. Modal belum ada, rencana belum jelas, tapi niat sudah tumbuh. Akhirnya, dengan bantuan dari orang tua Rafi mereka mendapatkan modal awal sebesar Rp 10 juta. Uang itu digunakan untuk membeli perlengkapan seperti kompor, meja kursi, alat makan, dan menyewa ruko mungil berukuran 4x10 meter.

kios HUHA | source : dokumentasi pribadi
kios HUHA | source : dokumentasi pribadi

Namun sebelum roda usaha benar-benar berjalan, cobaan datang. Saat semua perlengkapan sudah siap, sang suami mendapat telepon dari ibunya yang menyuruhnya ikut wawancara kerja. "Pas itu kita kan udah siap-siap to mas, nah barang-barang itu udah pada siap di kios ya bener-bener tinggal running aja itu. Eh, kok tiba-tiba suami ada undangan interview disuruh ibu mertua harus ikut. Ya saya histeris to mas, saya bingung, mas juga bingung histeris pokoknya pas itu mas" ujar Anisa.

Mereka histeris dan bingung lantaran jika diterima, ia harus bekerja penuh waktu dan otomatis meninggalkan istri berjualan sendiri. Dilema pun muncul. Di satu sisi ingin patuh pada ibu dan di sisi lain enggan meninggalkan istri mengurus warung yang bahkan belum buka. Anisa sempat menangis karena merasa perjuangan mereka akan sia-sia.

"Tapi pas itu mas udah bener-bener emoh (tidak mau) kan mas, sampai bener-bener nyaris ngga diambil mas waktu itu" ungkap Anisa. "Ya saya ya bener-bener ngga mau mas awalnya pas itu, ngga tega saya masa ninggalin istri ngurusin jualan buat yang pertama kalinya, sendirian lagi. Tapi bagaimanapun perintah ibu tetap yang pertama mas, akhirnya setelah saya rundingan sama istri saya ambil interviewnya" imbuh Rafi.

Akhirnya, Rafi tetap memenuhi permintaan ibunya dan mengikuti interview. Ia diterima sebagai juru masak di RS Panembahan. Meski bekerja, ia tetap berusaha membantu sang istri. Sehingga ia setiap hari mengatur jadwal kesehariannya, pertama ia kerja mengambil shift pagi dari pukul 03.00 hingga 10.00 pergi ke rumah sakit, lalu menjemput anak mereka sekolah, dan mulai bantu berjualan dari pukul 13.00 hingga sore. Sungguh, perjuangan bersimpah peluh tanpa banyak keluh.

HUHA mulai beroperasi pada November 2017. Menu mereka sederhana, yaitu pentol tusuk, tahu walik yang dijual seharga Rp 500/pcs, dan es cappuccino kekinian yang hanya Rp 5.000 per cup. Semuanya manual hasil olahan dapur sendiri tanpa bahan instan atau reseller.

Kios pertama mereka cukup ramai, hingga dalam waktu satu tahun, mereka membuka cabang kedua di Imogiri pada 2018, lalu cabang ketiga di dekat RS Panembahan tahun 2019, total ada tiga kios dengan jumlah semua karyawan 12 orang. Usaha yang tadinya hanya "iseng" kini menjelma menjadi ladang rezeki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun