Akhirnya setelah kurang lebih satu jam perjalanan, sampai juga mereka di stasiun Solo Balapan. Musa yang terlepas dari mualnya, Malik yang menyudahi ketawa dengan ekspresi kaget dan bingungnya, akhirnya mereka semua meginjakkan kaki di "Kota Batik". Dan tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah "Masjid Raya Sheikh Zayed Solo". Dengan letak masjid yang tak begitu jauh dari stasiun, jarak 1,5 km mereka tempuh dengan berjalan kaki sembari menikmati jalan-jalan kota Solo dan mengabadikan beberapa momen sepanjang jalan, yang menghabiskan kurang lebih 20 menit.Â
Masjid itu merupakan masjid hibah atau pemberian dari Syeikh Zayed al-Nahyan kepada presiden Joko Widodo, sebagai simbol persahabatan antar kedua negara. baca juga Masjid Sheikh Zayed Solo, dengan 10.000 porsi takjil perhari.
17.00 wib - Masjid
pada sekitar pukul 17.15, Nanda dan Hazel pun memberi kabar bahwa mereka sudah sampai di stasiun Solo Balapan, dan sedang dalam perjalanan menuju masjid. Dan pada akhirnya mereka semua dapat bertemu kembali setelah menunaikan solat maghrib berjamaah.
20.40 wib - Pekarangan Masjid
Setelah berkumpul kembali dan berbincang lalu dilanjut dengan shalat isya dan terawih berjamaah, mereka berencana ingin membeli beberapa makanan sembari menikmati beberapa kuliner khas Solo, akan tetapi Musa menyempatkan diri untuk membuka ponsel dan mengecek tiket keretanya. Alangkah terkejutnya dan sontak mengangkat suara dengan nada kaget "waduhh...", untuk kesekian kalinya kata waduh berkumandang dalam perjalanan mereka, diiringi oleh satu per satu raut wajah yang kaget disertai bingung setelah menatap layar hp Musa bergantian. Dan benar saja, yang terpampang di layar hp layak untuk membuat mereka kebingungan, lantaran disitu tertulis bahwa jadwal terakhir commuter line Solo Balapan - Lempuyangan adalah jam 20.54 dan saat itu hanya tersisa waktu kurang dari 10 menit dan sudah tidak tersisa banyak waktu, dan mereka pun sontak kebingungan saat itu. Dan pada akhirnya dengan waktu singkat dan setelah perhitungan yang matang, mereka memutuskan untuk tinggal semalam dan kembali pulang esok pagi pukul 05.04 wib, menysuaikan jadwal keberangkatan kereta, mengingat jika mengejar hingga stasiun pun, waktu tidak akan mencukupi serta uang pas pasan yang mereka bawa.
Dan saat salah seroang diantara mereka yaitu Hazel dapat beristirahat sejenak di masjid itu, alangkah terkejutnya saat datanglah seorang yang merupakan petugas masjid menghampirinya seraya berkata, "maaf mas, disini tidak diperkenankan untuk bermalam dan sudah hampir mendekati jam tutup". Mendengar kabar itu, sontak Hazel dan kawan-kawanpun tambah bingung dimana mereka akan bermalam.
Kisah MalamÂ
Taman Balai Kota
Mereka tidak ingin berfikir panjang tentang kejadian tertinggalnya kereta, akan tetapi tak lama setelah membuat keputusan Zainul menyeletuk dengan berkata "Jajan wae yok..", mereka langsung lebih memilih untuk menentukan pilihan lanjut mencicipi lebih luas kuliner di kota Solo sembari mencari masjid yang memungkinkan sebagai tempat mereka beristirahat. Lalu tanpa pikir panjang mereka langsung menuju pusat kota Surakarta, yakni Taman Balai Kota, dan mereka memuaskan jajan sembari menikmati malam di kota batik tersebut. Tak berselang lama kejadian serupa saat di masjid tadi terjadi lagi, seorang bapak dengan tampang tegas menghampiri dan berkata "maaf mas, sudah hampir waktu tutup silahkan meninggalkan tempat", dengan berat hati dan segera merekapun meninggalkan tempat itu.
Dengan dana terbatas yang mereka miliki hanya cukup untuk memesan tiket kereta serta uang untuk membeli makanan dan minuman dan tidak memungkinkan untuk sewa penginapan, mereka harus mencari tempat bernaung untuk istirahat semalam tanpa berbayar.Â