Alwi Rachman (kiri) bersama Adi Wijaya (tengah) dan Wahyudin Halim (kanan) menjadi pembicara pada kajian bulanan tahap I yang diselenggarakan di Hotel Grand Immawan Makassar, jl. Pengayoman, Panakkukang, Makassar, Rabu (12/09/2018).
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Islam, Sains dan Teknologi (PUKISTEK) LP2M UIN Alauddin Makassar, diikuti lebih dari 50 orang peserta dari berbagai universitas berbeda di Makassar. Kegiatan bulanan PUKISTEK kali ini memfokuskan Agama dan Budaya Literasi: Dari Pemamah ke Pemanah Produk Pengetahuan di Era Disruptif sebagai tema kajian.
Kajian ilmiah bulanan ini merupakan kajian pertama yang diselenggarakan PUKISTEK UIN Alauddin Makassar tahun ini.Â
Kegiatan ini menghadirkan Alwi Rachman, guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Adi Wijaya, penulis muda produktif dan Wahyuddin Halim, ketua lembaga PUKISTEK UIN Alauddin Makassar sebagai narasumber (pembicara).
Alwi Rachman memulai pemaparannya di hadapan 50-an peserta yang hadir dengan menyinggung kemajuan industri yang berdampak pada perilaku masyarakat.
Ia mengatakan revolusi industri sudah masuk tahap ke empat.
"Revolusi industri pertama terjadi pada tahun 1760-1840 ditandai penemuan kereta api dan mesin uap. Revolusi ke dua terjadi pada tahun 1900-1960 di mana mesin-mesin elektrik telah diproduksi secara massal. Revolusi ke tiga pada tahun 1960-2000 munculnya dunia baru (maya) yang disebut internet. Revolusi industri ke empat antara tahun 2000-sekarang ditandai dengan penemuan aplikasi digital dan kecerdasan buatan."
"Bahwa revolusi ini, seperti yang kita ketahui bersama kemudian memunculkan dampak atau gejala sosial terhadap masyarakat dan kebudayaan itu sendiri." Lanjutnya.
Adapun hal menarik yang didapatkan lewat pemaparan Alwi Rachman adalah bahwa ada situasi yang buruk setelah revolusi industri itu. Seperti, kebudayaan mengalami pergesaran besar, kebudayaan berada pada situasi tunggang langgang, kebudayaan yang mencair, kebudayaan yang berhenti memproduksi budayanya sendiri. Dan dari runtuhnya eksistensi kebudayaan memunculkan dampak baru pada situasi perilaku masyarakat.
Dampak revolusi industri pada perilaku masyarakat secara langsung ialah bahwa, saat ini masyarakat hanya menjadi penonton, pikiran dan kebiasan dikendalikan oleh digital, hubungan manusia dengan mesin semakin dalam dan mampu menghilangkan keterampilan sosial.
"Revolusi ini akan berdampak langsung pada perilaku dan kebiasaan sehari-hari kita. Ini yang disebut dengan "The Death of Distance", hilangnya jarak sosial masyarakat yang akan cenderung berperilaku reaktif ketimbang responsif. Manusa menjadi tenggelam di lingkungannya sendiri." Kata Alwi lagi.