Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Reaktivasi Jalur KAI Rangkasbitung - Pandeglang, antara Sejarah dan Harapan Baru

23 September 2025   07:07 Diperbarui: 23 September 2025   10:33 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eks Halte Cibuah yang hingga kini masih berdiri kokoh (Foto: Dokpri) 

Padahal, mobilitas warga Pandeglang sangat tinggi. Banyak yang setiap hari bekerja atau bersekolah ke Jakarta, Bogor, hingga Tangerang Raya. Tanpa kereta api, sebagian besar mereka harus bergantung pada bus atau kendaraan pribadi, yang berarti biaya lebih mahal dan waktu tempuh lebih lama.

Di sisi lain, jika melihat kondisi tetangganya, Kabupaten Lebak, kini telah berubah menjadi simpul transportasi modern. Stasiun Rangkasbitung yang berbatasan  langsung dengan Pandeglang sudah bertransformasi menjadi stasiun modern, melayani KRL Commuter Line dan kereta jarak jauh.

Sebenarnya, upaya menghidupkan kembali jalur Rangkasbitung - Pandeglang bukanlah wacana baru. Pada tahun 2020, pemerintah sempat merencanakan reaktivasi jalur ini. Tetapi rencana tersebut kandas lantaran pandemi COVID-19 yang membuat semua fokus tersedot pada kesehatan dan pemulihan ekonomi.

Kini, angin segar mulai terasa. Berdasarkan pernyataan resmi Dinas Perhubungan Provinsi Banten yang dikutip media online lokal radarbanten.co.id edisi Minggu 21 September 2025 menyebut bahwa, rencana reaktivasi kembali memasuki babak baru. Pemerintah Provinsi Banten bersama Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) sudah membahas tahapan teknis. Tahun 2026 ditargetkan penertiban lahan bekas jalur lama dimulai. Proses ini bukanlah pembebasan tanah baru, melainkan pengambilalihan aset negara.

Sebab, meski sebagian jalur sudah digunakan warga untuk aktivitas sehari-hari, statusnya tetap menjadi milik KAI. Itulah mengapa istilah yang dipakai adalah “penertiban”, bukan pengadaan lahan. Dengan demikian, jalur lama sebenarnya masih terbuka untuk dihidupkan kembali.

Harapan Baru dari Rel Lama

Penampakan rel Kereta di Halte Lama Pasirtangkil yang tertimbun tanah (Foto: Dokpri)
Penampakan rel Kereta di Halte Lama Pasirtangkil yang tertimbun tanah (Foto: Dokpri)

Reaktivasi diharapkan membuka peluang ekonomi, wisata, dan mobilitas warga

Reaktivasi jalur Rangkasbitung - Pandeglang diyakini membawa manfaat besar, bukan hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi pemerintah.

Bagi masyarakat, kereta akan menjadi moda transportasi murah dan terjangkau. Perjalanan ke Jakarta atau Bogor tidak lagi harus menghabiskan banyak ongkos. Mobilitas pekerja, pelajar, maupun pedagang bisa lebih lancar. Kereta juga menawarkan kenyamanan dan kepastian waktu tempuh, sesuatu yang sulit dijamin oleh jalan raya yang macet.

Bagi pemerintah, keberadaan jalur ini akan memperkuat konektivitas antarwilayah di Provinsi Banten. Potensi ekonomi di sepanjang perjalanan bisa hidup kembali, seperti, tumbuhnya pasar rakyat, pusat kuliner, bahkan pariwisata.

Pandeglang terkenal dengan pantai-pantai indah seperti Kawasan Ekonomi Nasional (KEN) Tanjung Lesung dan Pantai Carita, juga kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Jika jalur kereta aktif, wisatawan lokal dan mancanegara akan lebih mudah datang. Dampaknya jelas, pemasukan daerah dan geliat usaha kecil menengah akan meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun