Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Qur'an dan Koran Bacaan Selama Ramadan

27 Maret 2024   23:09 Diperbarui: 27 Maret 2024   23:12 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Membaca / Dokumentasi Pribadi

Sejak kecil saya punya hobi membaca apa saja. Bacaan yang yang paling saya suka adalah genre remaja lantaran sesuai dengan usia saya saat itu.

Namun, sekali-kali saya membaca novel dengan genre lain seperti humor dan fantasi yang berkembang saat itu.

Baru kemudian saat masa kuliah, saya sering membaca buku-buku tentang keagamaan.

Setiap bulan, saya menyempatkan diri untuk pergi ke toko buku atau ke pelataran masjid dimana banyak penjual buku bacaan dan menyisihkan uang saku untuk membeli buku-buku baru.

Setelah tiba di asrama (saya kuliah tinggal di asrama), saya langsung membacanya di kamar, diatas ranjang bertingkat tempat tidur saya di asrama.

Setelah saya bekerja, saya tetap membiasakan membaca setiap hari untuk melatih konsistensi dalam membaca.

Manfaat hobi membaca ini kemudian berguna dalam menunjang pekerjaan sehari-hari, terutama ketika setiap pekerjaan dituntut untuk melakukan aktivitas tulis menulis, baik saat tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun saat evaluasi kegiatan.

Baca juga: Ada Anak Bertanya pada Bapaknya, Buat Apa Puasa?

Sebelum terjadi Pandemi Covid-19 biasanya saya membaca buku cetak karena lebih menyukainya dan nyaman dibandingkan dengan buku bacaan digital yang sebelum pandemi sudah banyak beredar.

Sejalan dengan waktu, pada saat ini praktis saya hanya membaca buku versi digital. Di kantor sudah tidak ada lagi kiriman koran cetak, bacaan majalah cetak program dan kegiatan terbaru dari kantor pun tak kunjung tiba.

Sekarang hampir secara keseluruhan buku bacaan yang kami terima dalam bentuk media digital (PDF).

Saya menyikapinya secara positif saja kemunculan era digitalisasi bacaan yang terjadi saat ini.

Walaupun saya tahu, bacaan versi digital yang beredar di kantor atau media massa versi digital kurang asyik membacanya lantaran seperti tak ada penghayatan dalam membaca, sebagaimana jika membaca buku - bacaan - versi cetak.

Sepengalaman saya, membaca buku cetak itu jauh lebih romantis daripada membaca buku versi digital, mau apapun itu bentuk bukunya.

Dan biasanya kalau kita membaca buku cetak itu cenderung lebih reflektif daripada kita membaca dari internet.

Di lingkungan keluarga dimana anak-anak sekolah, sejak kasus Pandemi Covid-19 melanda, anak-anak pun sudah mulai mengenal digitalisai untuk keperluan belajarnya, sebut saja daring, melaui berbagai media seperti google classcroom, google meet, zoom meeting, whatsapp dan ruang guru serta berbagai aplikasi belajar yang canggih lainnya.

Hal tersebut berlaku bagi pegawai yang bekerja di kantor-kantor dan juga bagi anak-anak yang masih usia belia yang masih duduk di sekolah dasar sekali pun.

Ya tidak heran jika setiap anak-anak sekarang lebih berketergantungan dengan smartphone-nya. Mungkin tetap memakai buku cetak pelajaran sekali-sekali, jika memang gurunya menyuruh si anak membukanya.

Terbiasa akan smartphone ini yang akhirnya bisa saja meningkatkan rasa malas untuk membaca buku cetak -- yang jumlahnya kian hari semakin terbatas.

Hal itu lantaran sudah menganggap di smartphone saja bisa diakses, "Kenapa harus membuka buku lagi?". Itulah jawaban anak-anak saya ketika ditanya, "Sudah belajar belum? Ayo buka bukunya?"

Selain akses buku cetak yang kian terbatas dan adanya teknologi digital yang sudah masif, kenyataannya membaca belum menjadi gaya hidup bagi semua orang, apalagi budaya menulis yang terbilang masih minim.

Nah, itulah kenapa budaya literasi kita disebut sangat kurang dibanding negara lain.

Hal itu terkait dengan aktivitas membaca dan menulis kita yang masih rendah. Boleh di cek! ruang-ruang perpustakaan relatif sepi.

Begitupun mobil-mobil perpustakaan keliling yang sering mangkal di pinggir jalan kerap didapati sepi pengunjung.

Di ruang digital Kompasiana sendiri menurut catatan seorang kompasianer "Hanya Lima Persen Kompasianer yang Aktif Menulis Artikel" Dengan gaya khas humornya, sang penulis menyebut animo jutaan kompasianer untuk menulis di Kompasiana terbilang rendah banget. Terlepas dari insentifnya yang kata beliau terbilang rendah.

Baca juga: Pantun Ramadan, Bulan Puasa Bulan Penuh Pahala 

Lantas, bacaan apa yang paling penting selama Ramadan?

Perintah membaca sebenarnya sudah ada di dalam Al-Qur'an, pada surah Al 'Alaq "Iqra" yang artinya secara bahasa yakni "Bacalah" (QS Al' Alaq : 1)

Salah seorang ahli tafsir Al-Qur'an Profesor Muhammad Quraish Shihab menafsirkan "Iqra" sebagai aktivitas yang terdiri atas membaca, menyimak, memahami, dan meneliti. (Tafsil Al-Mishbah)

Artinya, dimensi perintah Allah SWT untuk membaca ini lebih luas dari sekadar membaca secara tekstual - baik versi cetak maupun digital - tetapi semuanya bagian dari perintah agar manusia menggali khazanah ilmu pengetahuan yang tersedia di alam semesta ini.

Nah, di momen Ramadan ini saatnya membaca Al-Qur'an tak sebatas tadarus (tekstual), melainkan dengan belajar memahami kontekstual ayat-ayat-Nya.

Saya sendiri selain membaca Al-Qur'an dan terjemahan tafsir cetak kepunyaan saya yang mulai lusuh, saat ini mulai menggemari belajar mendengarkan di kanal youtube atau tayangan-tayangan televisi yang terkait dengan suasana bulan Ramadan kekinian di Indonesia dan manca negara.

Lain itu saya kerap membaca atikel-artikel dari Kompasinaer yang menurut saya tidak kalah menarik dan berkualitas serta lebih beragam dibanding dengan membaca koran versi cetak yang beredar di pasaran.

Dan saya pun mulai menggeser makna "buku sebagai jendela dunia" yang dulu saya anggap sangat penting dengan makna yang sangat luas pengertiannya.

Walhasil, saat ini saya lebih menikmati membaca, menulis, dan menyimak dengan mendengarkan beragam hal di era digitalisasi. Cara ini merupakan suatu keniscayaan bagi saya dan merupakan bagian dari cara beradaptasi dengan kemajuan zaman.

Semoga bermanfaat!

Salam Literasi

Ade Setiawan, 27.03.2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun