Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Ngabuburit Sembari Meliput Atraksi Meriam "Ngajelegur" di Rangkasbitung

21 Maret 2024   16:30 Diperbarui: 21 Maret 2024   18:58 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu Meriam Masjid Al-Aaraf Rangkasbitung/Dokumentasi Pribadi

Ngabuburit Sembari Meliput Atraksi Meriam "Ngajelegur" di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Sore itu Rabu 20 Maret 2024 saya dan si bungsu kembali lakukan aktivitas ngabuburit sembari memburu peristiwa unik demi Ramadan bercerita 1445 H.

Kali ini kami berangkat ke luar rumah menuju Kecamatan Rangkasbitung, ibu kota Kabupaten Lebak diiringi cuaca cerah sepanjang perjalanan berkendara santai.

Tujuan ngabuburit kami menyambangi Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung yang berjarak sekira 10 km dari rumah tinggal kami di Kecamatan Warunggunung.

Baca juga: Ramadan Ya Ramadan

Petugas DKM Masjid Al-Aaraf Rangkasbitung bersiap menyalakan meriam penanda buka puasa, 20.03.2024/Dokumentasi pribadi
Petugas DKM Masjid Al-Aaraf Rangkasbitung bersiap menyalakan meriam penanda buka puasa, 20.03.2024/Dokumentasi pribadi

Kami tiba di lokasi pelataran masjid sekira pukul 17.30 sore.

Beberapa puluh menit menjelang berbuka puasa hari itu, nampak warga mulai berkumpul di Masjid Agung Al-Aaraf untuk menunggu buka puasa bersama seraya mendengarkan tausiyah (ceramah) Ramadan yang disampaikan pemuka agama setempat.

Pada bagian pelataran depan nampak ramai warga antre untuk mendapatkan takjil dan minuman gratis dari panitia DKM Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung.

Tampak pula warga memadati sekitar Alun-alun Kota Rangkasbitung yang terletak berhadap-hadapan dengan Masjid Agung kebanggaan warga Kabupaten Lebak ini.

Mereka sedang ngabuburit seraya menunggu waktu buka puasa secara berkelompok. 

Sepertinya mereka sedang kumpul bareng. Ada yang bersama keluarga, teman, dan andai taulan.

Nampak juga pemandangan ramai-ramai pedagang takjil dan minuman sehat menyegarkan sedang dikerubuti para pembeli yang sedang bertransaksi.

Pemandangan Ramadan begitu meriah terjadi di kota ini dan nampak wajah-wajah gembira para warga yang berkumpul lantaran sebentar lagi waktu berbuka tiba.

Baca juga: Dentuman Meriam, Tradisi Unik Penanda Buka Puasa dan Imsak


Sementara di sudut pekarangan Masjid Agung Al-Aaraf tampak 2 orang petugas Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) antusias melakukan persiapan untuk menyulut meriam yang menjadi tradisi selama bulan Ramadan.

Suara dentuman meriam yang ngejelegur (bunyi suara keras) ini digunakan sebagai penanda waktu berbuka puasa bagi warga Kecamatan Rangkasbitung dan sekitarnya.

Persiapan dilakukan beberapa menit menjelang berbuka puasa oleh 2 petugas DKM yang bertindak selaku penyulut meriam.

Tampak 2 buah meriam berwarna hijau berdiameter 15 sentimeter dengan panjang 2 meter di letakan di samping kanan pelataran depan masjid.

Persiapan membunyikan meriam yang dilakukan antara lain dengan memasukan segenggam karbit dan menambah air secukupnya ke dalam moncong meriam, sebelum akhirnya disundut dengan obor api yang telah disiapkan.

Jelegur, terdengar bunyi suara keras dari 2 meriam yang disundut secara bersamaan tepat saat waktu berbuka puasa tiba sekira pukul 18.09 sore waktu setempat.

Usai suara dentuman meriam ngejelegur, lalu tak lama berselang dilanjutkan dengan raungan suara sirine yang juga berasal dari speaker Masjid. Baru kemudian terdengar kumandang azan Magrib.

Tradisi membunyikan meriam ini dilakukan secara rutin selama bulan Ramadan tak hanya ketika tiba buka puasa, melainkan juga dilakukan saat tiba imsak.

Dari cerita para penyulut meriam, tradisi membunyikan meriam ini sudah berjalan sejak sebelum Kemerdekaan Indonesia, dan hingga sekarang masih dilestarikan sebagai salah satu ciri khas Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Baca juga: Lokasi Ngabuburit Favorit Seraya Berburu Kuliner, Dimana? 

Petugas DKM Masjid Al-Aaraf Rangkasbitung bersiap menyalakan meriam penanda buka puasa, 20.03.2024/Dokumentasi pribadi
Petugas DKM Masjid Al-Aaraf Rangkasbitung bersiap menyalakan meriam penanda buka puasa, 20.03.2024/Dokumentasi pribadi

Bunyi meriam yang ngajelegur di Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung bukan hanya sekadar penanda waktu, tapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Rangkasbitung dan sekitarnya.

Warga yang sengaja datang untuk menunggu suara dentuman meriam nampaknya sudah berkumpul di Alun-alun Rangkasbitung.

Dari Alun-alun, memang suara meriam ini terdengar jelas. Kabarnya suara dentumannya menjangkau radius 2 km ketika dibunyikan saat buka puasa dan mencapai radius 5 km saat dibunyikan waktu imsak.

Saat meriam berbunyi, warga bersorak sorai dan mulai menyantap hidangan berbuka puasa yang sudah dipersiapkan.

Begitu pula saya, usai liputan singkat, langsung bergegas buka puasa ditemani sang anak.

Kami mencicipi bekal takjil dan minuman yang dibawa dari rumah hingga tuntas.

Baca juga: Semarak Berburu Takjil di Alun-alun Kota Pandeglang 

Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung 20.03.2024/ Dokumentasi Pribadi
Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung 20.03.2024/ Dokumentasi Pribadi

Sejarah Meriam Masjid Al-Aaraf Rangkasbitung

Menurut sejarah yang diceritakan turun temurun para pengurus Masjid Al-Aaraf Rangkasbitung, tradisi membunyikan meriam ini sudah dilakukan sejak sebelum kemerdekaan.

Tidak diketahui meriam jenis apa yang digunakan sewaktu zaman penjajahan itu.

Jika merunut tradisi budaya sunda, patut diduga meriam yang dimaksud jaman penjajahan itu adalah "bebeledugan" yakni meriam lokal terbuat dari bambu yang digunakan sebagai ajang ngabuburit anak-anak suku sunda.

Namun, yang pasti, bunyi keras yang ditimbulkan oleh meriam di Masjid Al-Aaraf ini bertujuan sebagai penanda waktu buka dan imsak selama Ramadan, lantaran saat itu belum tersedia alat pengeras suara, speaker, media televisi, dan radio yang memadai.

Nah, baru kemudian setelah kemerdekaan, Masjid Al-Aaraf Rangkasbitung mempergunakan meriam hasil rampasan penjajah Belanda.

Waktu itu warga setempat menyebutnya sebagai "Meriam Si Jagur" lantaran saat dibunyikan berdentum keras atau dalam bahasa sunda disebut ngajelegur

Saat dibunyikan, dentumannya terdengar hingga radius 10 kilometer.

Tapi kini, Meriam Si Jagur sudah tinggal kenangan dan perannya digantikan oleh meriam besi seperti yang ada saat ini.

Walaupun tidak sehebat Meriam Si Jagur, dentuman meriam besi tidak kalah keras bahkan mampu terdengar sampai radius 2--5 kilometer.

Nah, itulah teman-teman Ramadan Bercerita 2024 "Ngabuburit Sembari Meliput Atraksi Meriam Ngajelegur di Rangkasbitung."

Bagaimana cerita Ramadan kamu hari ini? Yuk berbagi cerita yang bermanfaat!

Oh, ya! Yang penasaran mau dengerin dentuman meriam hasil luputan saya bisa diakses di channel youtube saya.

Salam Literasi

Ade Setiawan, 21.03.2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun