Mohon tunggu...
Ade Ramdan
Ade Ramdan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pergi ke Yogyakarta (1)

27 Mei 2017   16:32 Diperbarui: 27 Mei 2017   16:45 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibilang nekat sih mungkin juga, alasannya variatif ada yang pusing gara gara tuntunan nikah dari calon mertuanya, ada yang pusing sama kerjaan, ada yang pusing dengan masalah jodoh dan gak perlu di bilang siapa orangnya yang pasti Saya, Kong, dan Enca sepakat untuk pergi ke Yogyakarta, sebenarnya kami biasa pergi ke Pangandaran namun setelah insiden 4 hari luntang-lantung seperti gelandangan disana kami sepakat trauma berjamaah, sebenarnya ada 1 orang yang mau ikut yaitu si Iki a.Ka Ceper tapi ga tau alasannya apa sampai beliau tidak ikut.

Dimulai dari planning Kong yang sangat dituakan disini, ingin lebih hemat, praktis, dan gak ribet maka dia searching di google tempat menginap, tempat wisata, sampai kuliner, edan... maklumlah dengan gaji kami yang seukuran pegawai sukarelawan tidak memungkinkan untuk kami menginap di hotel kelas bintang 5 dan bila kami punya uang juga gak mungkin buat kami menginap sesama pria di hotel mahal, mubazir. Sempat kesulitan dengan pembelian tiket kereta api karena jujur dari kami belum pernah naik kereta api, searching kembali di google dan sebelumnya kami mengucapkan terimakasih google berkat anda semua terasa praktis, dan akhirnya kami memilih boking tiket di Mini Market dengan tempat kursi yang tidak bisa dipilih, tak apalah yang penting  sampai dan selamat harga tiket kereta api saat itu pada tahun 2015 sebesar Rp. 90.000 untuk kelas Ekonomi dengan pemberangkatan di Stasiun Kiaracondong.

Hari Senin kami berangkat menuju Bandung dengan naik Bus dari Paseh, ya seringkali Paseh di bilang Polandianya Indonesia oleh Enca, tidak tahu maksudnya apa. Untuk urusan tawar menawar ongkos Bus kami percayakan Kong, karena beliau memiliki ilmu ibu-ibu nawar yang tadinya harga 40 ribuan menjadi 25 ribuan, tiba di Cibiru kami naik angkot jurusan Kiaracondong dengan harga 5 ribuan dan saya duduk di kursi tambahan dekat pintu mobil mirip kendeklah, lumayan ribet dengan membawa tas yang berat.

Sesampainya di Stasiun kami menukarkan tiket dan brengseknya jadwal pemberangkatan kami Jam 9 malam dan saat itulah kami tiba jam 5 sore, menunggu kurang lebih 3 jam bukan hal baik bagi orang yang sedang mumet dengan berbagai hal. Tak terasa rasa lapar mengetam, Kong dan Enca yang memiliki azas ke timuran membuka nasi timbel layaknya orang Desa, dan saya membekal makanan Vegetarian maklum saat itu sedang diet, tadinya mau so Vegan tapi makin sininya sayuran saja tidak membuat perut kenyang jadi salut buat kamu yang Vegan. Sebenarnya menikmati senja di Stasiun Kircon begitu kami menyebutnya sangat keren, coba deh kamu nunggu 3 jam lalu muncul senja berwarna jingga sangat romantis lagi ketika melihat cewe cewe pulang dari kereta api dan dijemput pacarnya atau suaminya, bangsat...

15-09-07-19-07-00-503-deco-5929450dba22bd9d642c0503.jpg
15-09-07-19-07-00-503-deco-5929450dba22bd9d642c0503.jpg
Kereta kami pun tiba jam 8.30 an lebih awal setengah jam, dan kebetulan saya dan Kong duduk bersebelahan sementara Enca berada di kursi sebrang pinggir, tiba-tiba wanita seusia kami duduk didepan saya, okey.. ini yang namanya rezeki diperjalanan selang beberapa detik si cewe ini bergeser jadi depan si Kong dan yang duduk didepan saya adalah wanita paruh baya mungkin berusia 70an lah, dan selidik punya selidik beliau adalah si Mbahnya si Cewe tadi, apakah maksudnya si Mbah ini pembantunya atau neneknya hanya mereka berdualah yang tahu.

Saya berganti duduk dengan Kong, lalu saya mengeluarkan sketchbook dengan maksud mau menggambar si Cewe tadi, tapi brengsek mata udah sayu gara gara minum CTM 4 tablet ( jangan ditiru ), sejenak saya ngobrol dengan si Cewe itu dan dia bilang mau ke Jepara apa Jombang saya lupa lagi, dengan mata setengah teler nyoba nguatin aja.

Melihat ke arah kiri dengan mesranya si Enca menopang sandaran kepala Teteh berbadan tambun, kalau bisa digambarin seperti scene film JAV, eh.. korea. Lalu ku dengarkan lagu Billy Joel yang Piano Man rasanya larut dengan situasi dini hari.

Pukul 04.10 kami tiba di Stasiun Leumpuyangan, mencuci wajah di WC umumnya saya sedikit terhentak ketika ada coretan vandalisme di pintu dengan tulisan “Dilarang Ngocok” okey.. itu hal paling hakiki. Sejenak nyadarin diri sambil ngumpulin nyawa tapi intinya mah ga tau kemana di waktu sesubuh itu, Jam 5 subuh kami berjalan dari Leumpuyangan ke Malioboro via jalan kaki, hitungan berapa jaraknya kurang lebih 1,5 kilometer lah, lumayan cape tapi kebayar dengan melihat beberapa bangunan disekitaran jalan dan kali code, mendingan kamu liat sendiri sensasi jalan kakinya.

15-09-08-05-21-04-890-deco-59294524109373976d86e848.jpg
15-09-08-05-21-04-890-deco-59294524109373976d86e848.jpg
Sampai di Malioboro pukul setengah Enam, kami memutuskan untuk sarapan pagi di pelataran toko dengan menu gudeg, saya dan Enca mungkin lebih cerdas memilih menu makanan ini dan si Engkong dengan membawa Ayam, jadi disaat Saya dan Enca membayar makan hanya 8000an nah si Engkong ini membayar 25ribuan, ini sangat bermasalah bagi kami yang memiliki uang pas-pasan, kamu bisa bayangkan makan di sepagi itu sambil menyaksikan kendaraan yang minim dan guyonan khas Jogja bersama tukang becak dan tukang angkut, oh iya wajah si Ibu penjual gudegnya mirip Billy Holiday.

15-09-08-06-01-08-419-deco-59294546f196734837163af3.jpg
15-09-08-06-01-08-419-deco-59294546f196734837163af3.jpg
Setelah kenyang kami sepakat untuk tidak dulu memboking kamar, dan tujuan selanjutnya adalah Candi Prambanan sesuai dengan planning dari awal dan menurut peta yang telah kami Download kami harus naik Bus Trans Jogja, dengan modal 3500an kamu bisa sepuasnya berkiling kota Jogja,

15-09-14-21-31-09-101-deco-592945748e7e61db5614ba46.jpg
15-09-14-21-31-09-101-deco-592945748e7e61db5614ba46.jpg
Kalau saja di Sumedang ada semacam Trans ini mungkin saya akan menanggalkan motor saya, lumayan irit lah, tapi jangan terlalu berharap lebih dengan Kabupaten kelahiran saya ini. Tiba di Prambanan kami tidak langsung sampai ditempatnya tapi diterminal Bus Trans ini dan harus berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit, bisalah kalau kamu mau naik becak tapi kami lebih memilih mengirit uang kalau jalan kaki dihutan belantara baru lah saya mikir berjuta kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun