Setiap kampus senang disebut "kampus hijau". Tapi, pernahkah kita bertanya: apakah kampus kita benar-benar se-hijau itu?
Di balik pepohonan rindang dan taman yang indah, sering kali masih ada tumpukan sampah plastik di pojok kantin. Lampu kelas tetap menyala meski ruangan kosong. Dan ya... gelas kopi plastik dari kantin masih bertebaran di mana-mana.
Masalah lingkungan di kampus bukan hal baru, tapi tetap jadi isu yang aktual dan penting. Aktivitas akademik dan organisasi sering meninggalkan banyak limbah --- mulai dari botol air mineral sekali pakai, spanduk, hingga wadah makanan. Ironisnya, semua itu terjadi di tengah kampanye "go green" yang gencar digaungkan.
Kertas juga jadi isu klasik.
Padahal sudah ada sistem digital dan Learning Management System (LMS), tapi tugas kuliah masih sering diminta dalam bentuk cetak. Bayangkan berapa banyak kertas yang terbuang setiap semester hanya untuk tugas! Padahal dengan mengumpulkan tugas lewat daring, kampus bisa menghemat banyak sumber daya.
Energi pun tak kalah penting.
Pendingin ruangan (AC) menyala di ruang kosong, lampu dibiarkan hidup seharian, dan charger menempel tanpa digunakan. Hal-hal kecil ini terlihat sepele, tapi dampaknya besar bagi penggunaan energi kampus.
Namun, kabar baiknya: sudah mulai banyak kampus di Indonesia yang bergerak menuju hijau sungguhan.
Ada yang melarang penggunaan plastik sekali pakai di kantin, mendirikan bank sampah, bahkan membuat program green volunteering yang melibatkan mahasiswa. Ini bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil --- asal ada kesadaran bersama.
Tapi, "kampus hijau" tak bisa dibangun hanya dengan acara tanam pohon seremonial. Yang lebih penting adalah menciptakan budaya berkelanjutan --- sustainable culture --- di lingkungan kampus.
Hal-hal sederhana seperti membawa botol minum sendiri, mematikan listrik saat tak digunakan, hingga memilah sampah sesuai jenisnya adalah bentuk nyata dari perubahan kecil yang berdampak besar.
 Mahasiswa punya peran penting!
Kita bukan hanya penerima fasilitas kampus, tapi juga motor penggerak perubahan. Lewat organisasi, media kampus, atau aksi sosial, mahasiswa bisa mengingatkan dan mendorong pihak kampus agar lebih serius menerapkan kebijakan ramah lingkungan.
Kampus seharusnya jadi contoh bagi masyarakat. Tempat ilmu pengetahuan tumbuh seharusnya juga jadi tempat di mana kesadaran ekologis hidup --- bukan hanya lewat teori, tapi lewat kebiasaan nyata.
 Karena sesungguhnya, kampus hijau bukan sekadar slogan di spanduk, tapi sikap yang kita tunjukkan setiap hari.
Selain dari aspek pengelolaan sampah dan penghematan energi, kampus hijau juga perlu menerapkan eco-friendly dalam setiap kebijakan dan aktivitasnya. Misalnya, penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan saat renovasi atau pembangunan gedung baru, pemanfaatan ruang terbuka hijau untuk konservasi air dan udara, serta pengembangan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda atau shuttle bus listrik.
Penting juga untuk melibatkan seluruh civitas akademika, bukan hanya mahasiswa, tapi juga dosen dan staf administrasi. Kesadaran kolektif ini bisa diperkuat lewat edukasi rutin, pelatihan, dan kampanye yang kreatif dan menyenangkan. Dengan begitu, gaya hidup ramah lingkungan menjadi bagian alami dari keseharian di kampus.
Selain itu, inovasi bisa jadi solusi menarik. Kampus bisa mendukung riset dan pengembangan teknologi sederhana yang membantu mengurangi limbah dan polusi. Mahasiswa tentu bisa berperan aktif dengan mengajukan ide, menjalankan proyek hijau, atau membuat komunitas lingkungan yang bergerak secara nyata.
Jangan lupa, pengukuran dan evaluasi berkala tentang kemajuan program lingkungan juga penting supaya kampus tahu seberapa efektif langkah yang sudah dijalankan dan apa yang perlu diperbaiki.
Intinya, kampus hijau itu bukan cuma soal tanaman dan kebersihan visual, tapi soal bagaimana seluruh elemen kampus hidup selaras dengan alam. Kampus yang nyata-nyata peduli lingkungan bakal jadi kampus yang sehat, nyaman, dan menginspirasi.
Mari kita semua, sebagai bagian dari kampus, berperan aktif untuk menjaga dan mewujudkan kampus hijau --- bukan cuma sebagai slogan, tapi gaya hidup nyata yang membawa kebaikan bagi kita dan bumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI