Mohon tunggu...
Adellinatria
Adellinatria Mohon Tunggu... Hallo!

Selamat datang!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jiwa Raga Kecimpung di Jaranan Sentherewe Khas Tulungagung

26 Juni 2021   16:56 Diperbarui: 26 Juni 2021   17:45 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jaranan adalah salah satu kesenian tradisional terkenal di Jawa Timur. Menggunakan kerajinan dari bambu yang dibentuk menjadi selapis kuda lumping dihias dengan pola warna, tali rafia, dan dilengkapi pecut ( sejenis cambuk berukuran agak kecil ). 

Pemainnya sendiri bisa laki-laki, perempuan, bahkan campuran dan sering dibawakan secara berkelompok. Muncul sejak abad ke 10 Hijriah tepatnya tahun 1041, tersebar hampir di semua wilayah, salah satunya adalah Tulungagung. Dalam ruang lingkup daerahnya, jaranan pasti mempunyai ciri khas masing-masing.

Istilah Sentherewe berasal dari nama tumbuhan yang banyak dijumpai di wilayah Tulungagung. "Senthe" adalah sejenis talas yang apabila dimakan akan menimbulkan rasa gatal. "Rawe" adalah jenis tumbuhan liar yang apabila daunnya mengenai kulit manusia akan menimbulkan rasa gatal. Maka dari itu gerakan pada jaranan sentherewe lebih dinamis lincah.

Jaranan Sentherewe menceritakan tentang pasukan berkuda yang sedang berlatih perang, serta ketangkasan prajurit dalam berburu binatang. Kental dengan aura energik dan diyakini masih beraroma mistis. 

Bagaimana tidak? Setiap pertunjukan jaranan ada yang bernama Barongan ( topeng berbahan kayu dadap cangkring atau kayu waru, kulit sapi, kain yang mempunyai arti ular naga ), Celengan ( Atribut dari bambu atau kulit sapi dibentuk menyerupai babi hutan, biasanya berwarna hitam atau putih. )

Akan berkolaborasi dengan pemain kuda lumping jaranan Sentherewe didukung oleh pawang yang membaca mantra di depan sesaji ( berupa minyak wangi, kemenyan, pisang raja, jenang sengkala, dawet ayu, rujak legi, tumpeng dan ingkung, bunga kantil, mawar, badhek tape, kendi, cok bakal, panggan urip . Atraksi  ndadi bisa berbagai macam, mulai dari mengunyah kaca, berguling-guling di duri.

Sampai sekarang jaranan masih dikenal banyak orang, terkadang hadir dalam acara syukuran, hajatan, atau sekedar pertunjukan penghilang penat. 

Di Tulungagung sendiri jika sekali ada pertunjukan jaranan, penontonnya bisa ratusan orang bertahan sampai dini hari, intinya sampai pertunjukan benar-benar selesai atau hanya tersisa sampah kulit kacang atau puntung rokok hasil camilan pendamping. Gerakannya yang terkadang dinamis, energik, bahkan di luar kendali mungkin saja tiba-tiba melengkapi sehingga menjadi daya tarik tersendiri.

Untuk mencegah hilangnya minat masyarakat terhadap kesenian ini, berbagai cara pun dilakukan. Mulai dari promosi dengan aplikasi di media sosial, bekerja sama dengan dinas resmi, melakukan promosi manual melalui pengeras suara yang dipasang di mobil dan dibawa mengelilingi desa.

Para pendiri komunitas seni jaranan turut serta menambah pesat personil yang sebagian besar menyasar anak muda baik yang mempunyai darah seni maupun hanya bermodal niat minat.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun