Mohon tunggu...
Adeline Ilolita
Adeline Ilolita Mohon Tunggu... HCM Practicioner

“Human Capital | Self-Growth | Psikologi Industri dan Organisasi | Psikologi Perkembangan Anak | Menulis untuk belajar, berbagi insight dan inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menolak Lupa : Poin dan Pion Pelajaran dari Kejatuhan Soeharto dan Gus Dur

2 September 2025   07:11 Diperbarui: 1 September 2025   23:51 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tempo.co/politik/berakhirnya-kerusuhan-mei-1998-lengsernya-soeharto-lahirnya-reformasi-58805/RullyKesuma

1. Mengenang Sejarah


Kejatuhan Presiden pada masanya, H. Muhammad Soeharto/Soeharto (1998) dan K.H Abdurrahman Wahid/Gus Dur (2001) bukanlah hanya pergantian kekuasaan biasa. Kedua peristiwa ini menunjukkan interaksi kompleks antara tekanan sosial, dinamika politik dan kepatuhan terhadap hukum. Memahami sejarah ini penting agar kita dapat belajar menjaga stabilitas politik, mendengar aspirasi masyarakat, dan menghindari krisis yang bisa merugikan bangsa.
Catatan akademis: Artikel ini disusun sebagai analisis sejarah-politik dan psikologi massa, bukan opini politik pribadi.

Soeharto (1998): Krisis Ekonomi dan Tekanan Sosial

https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Soeharto#/media/Berkas:Suharto_resigns.jpg
https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Soeharto#/media/Berkas:Suharto_resigns.jpg

Adapun faktor Penyebab, beberapa diantaranya:

  • Krisis Ekonomi: Nilai rupiah jatuh drastis, inflasi tinggi, dan masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
  • Korupsi dan Nepotisme: Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang ditenggarai melibatkan keluarga dan kroni memperburuk citra pemerintah.
  • Tekanan Politik dan Sosial: Demonstrasi mahasiswa, kerusuhan, dan tuntutan reformasi pada akhirnya menguat.
  • Kehilangan Dukungan Militer: Beberapa elemen militer moderat mulai menarik dukungannya pada saat itu

Pihak yang berperan antara lain:

  • Mahasiswa dan aktivis: Demonstrasi besar-besaran menuntut reformasi.
  • Partai politik dan DPR: Mulai menarik dukungan dari Soeharto.
  • Militer: Mendukung transisi kekuasaan secara selektif.

Berikut adalah Cuplikan Pidato Pengunduran Diri (21 Mei 1998):

"Saya memutuskan mengundurkan diri dari jabatan Presiden Republik Indonesia agar proses reformasi dapat berjalan dengan lancar. Saya menyerahkan kekuasaan ini agar bangsa dapat melanjutkan reformasi dan terciptanya demokrasi yang lebih baik. Saya berharap seluruh rakyat tetap menjaga persatuan dan keamanan."

Konteks Publik:

  • Mahasiswa dan rakyat menyambut pengunduran diri dengan demonstrasi damai dan harapan reformasi.
  • Media menyoroti tekanan ekonomi dan politik sebagai alasan utama pengunduran diri.

Analisis Hukum & Psikologi:

  • Hukum: Konsep checks and balances menunjukkan bahwa meski presiden memiliki kekuasaan luas, tekanan konstitusional dan sosial menuntut mekanisme reformasi.
  • Psikologi: Teori konformitas dan kepemimpinan otoriter menjelaskan kesulitan Soeharto dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan rakyat dan elite politik.

 

Gus Dur (2001): Konflik Politik dan Impeachment

https://www.merdeka.com/peristiwa/6-kebijakan-kontroversial-gus-dur-saat-jadi-presiden.html)
https://www.merdeka.com/peristiwa/6-kebijakan-kontroversial-gus-dur-saat-jadi-presiden.html)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun