Mohon tunggu...
Adelia Novarin
Adelia Novarin Mohon Tunggu... Editor - Editor

Mencintai Kehidupan Dari Lekukan Pena yang Menghasilkan Cerita dan Cinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Sarjana Indonesia, Siapa Perempuan Pertama yang Menyandang Gelar Sarjana?

29 September 2021   11:53 Diperbarui: 29 September 2021   12:15 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasib pun berpihak padanya. Sang ayah dipindah ke Belanda dan Maria Ulfah yang baru saja lulus ikut bersama ayahnya dan mulai berkuliah di Belanda pada 1929. 

Setelah lulus, dia semakin berani menyuarakan perbaikan nasib perempuan di banyak forum, salah satunya melalui Kongres Perempuan II tahun 1935 di Jakarta. Ketika itu, dia mengusulkan pembentukan suatu biro konsultasi perkawinan guna melindungi perempuan yang telah menikah.

Usulannya mendapat respon positif. Akhirnya pada 1937, biro itu pun didirikan. Badan ini merupakan cikal bakal Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (BP4).

Setelah itu, biro lain dibentuk, yakni Komisi Perlindungan Kaum Perempuan dan Anak Indonesia (KPKPAI) pada 1939 yang kemudian diubah menjadi Badan Perlindungan Perlindungan Indonesia (BPPI) pada Kongres Perempuan III.

Dalam perjalanan kariernya, Maria Ulfah sempat menjadi guru sekolah Muhammadiyah di Jakarta, namun pemerintah Indonesia ketika itu memanggilnya untuk menjadi Menteri Sosial. Ini terjadi di era Perdana Menteri Sjahrir.

Maria Ulfah pun didapuk sebagai menteri perempuan pertama Indonesia. Ketika itu tugas utamanya adalah untuk membantu pengurusan pengembalian tawanan interniran, yang terdiri dari Belanda, Perancis, dan keturunan Indonesia.

Kepada Harian Kompas, 21 Desember 1980, dia berujar ketika itu Bung Sjahrir yang menjadi Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri RI mendesak saya menerima jabatan itu.

Maria Ulfah tutup usia pada 15 April 1988 di umur 76 tahun, setelah menjalani perawatan akibat penyakit bronkitis, asma dan lambung berdarah. Namun, perjuangannya tak akan lekang oleh waktu dan tetap menjadi inspirasi bagi anak bangsa, khususnya para perempuan.

Nasib sarjana kini

Sebenarnya, jumlah lulusan sarjana semakin meningkat dalam dua dekade belakangan ini, baik lulusan S1, S2, hingga S3. Pada 2010, mereka yang menamatkan pendidikan S1 hingga S3 hanya 6,4 juta atau 3,77% dari total penduduk berusia 15 tahun ke atas. 

Kini, berdasarkan hasil Sakernas 2021, penduduk Indonesia yang berhasil menyelesaikan pendidikan di level yang sama sudah 17,06 juta atau 8,31% dari total penduduk berusia 15 tahun ke atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun