Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Akhir Pekan Kemarin

24 April 2019   12:55 Diperbarui: 24 April 2019   13:08 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya Adelia

Alangkah lelahnya melihat langit
Masih kepada mendung yang sama
Melepas deret alphabet
Menyederhanakan cinta
Sayangnya tidak semua debaran bisa menjadi kalimat indah
Cuaca ini tidak benar-benar memahami hati
Duhai langit aku kembali bertanya
Adakah jejak embun walau kemarau?

Tetapi hingga panggilan ponsel memenuhi semua bagian
Jawaban terbaik tak sampai
Bahkan semakin samar
Entahlah ada apa?
Semua resah turun meragu, ambigu

Kemudian esok
Imajinasi tersumbat
Di lipatan tubuh bumi
Memadat sibuk! Benar-benar sibuk
Kepada rindu
Berkeliaran, bersama derasnya air mata

Azan memanggil
Datang dan sujud
Menjinjing rasa setinggi gunung
Siapakah kau? Pembuat keonaran degup jantung ini

Dan pada layar pemujaan konspirasi
Orang orang tertegun
Tetapi lupa melihat
Bahwa kita diam-diam membunuh nurani
Atas pergulatan egoisme

Ah cinta
Adakah rasa damai tanpa gemetar dingin
Ketika jejak mesiu menghanguskan yang tak seharusnya hangus?
Alangkah biadabnya seluruh kekacauan ini
Merabunkan
Sungguh merabunkan

Kerangka dan segala devinisi kangen menguap di udara
Tanpa sambutan kemenangan
Ya begitulah! Begitulah cinta ini
Lepas dan mati

Jakarta, 24 April 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun