Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hitam yang Telah Pergi

24 April 2019   05:49 Diperbarui: 24 April 2019   06:00 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya: Adelia tri eka

Aku ingin menyihir alam
dengan bunga lili
sebagai panduan senyum Dewi
tanpa penawar.

Tetapi,

pada negeri orang-orang asing
hujan kepedihan masih terdengar samar
menyebutkan hutang
dan ribanya
saat matahari condong lebih ke Barat Daya.

Sedangkan di Utara ada yang berbaring
pada kebijakan kursi
tempat waras memuji aksi
menjadi mati
pada gedung beramunisi.

Selembar baju dan celana
ria
bergejolak panas
menghitung tubuh tanpa kendali
bersama tulang-tulang yang bukan miliknya.

Dan untuk pelita! Selamat datang.

Dari kesekian yang merasa tersakiti
dan untuk yang menyakiti
merapatlah ke masa lampau
sama-sama memperbaiki tangis
duduk bersama
satu dalam damai.

Sebab kita adalah kelayakan dunia
yang masih menghitung nada
untuk harmonis
setara dengan keinginan ibu Pertiwi.

Sebelum jasad kita beku, mari berjabat tangan sekali lagi. Sebagai persembahan terakhir dari sebutan persatuan.

Selamat tinggal kelabu rintik. Kami ada ada dalam edisi bumi kembali.


Jakarta, 24 April 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun