Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Korespondensi Bilangan Majemuk

15 Desember 2018   14:04 Diperbarui: 15 Desember 2018   14:28 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita yang salah berbicara
membangunkan emosi
kemudian egois; berkolaborasi
dan akhirnya pecah
menjadi banyak
serupa percikan kembang api
yang perlahan padam, akibat kehabisan mesiu.

Di dalam ruangan dingin itu
masih berdebat
lebih seru dari sebuah pertandingan bola
melawan jatidiri
yang mana akhirnya, dinyatakan kemenangan
dengan tingkat keculasan, tak terdeteksi.

Padahal huru-hara sudah menampilkan banyak bukti
entahlah! Mungkin uang lebih gemilang
dari pada lorong kecil
milik penganggur jalanan
di mana hanya sebagai bentuk, pencemaran ibukota.

Tetapi kemudian nasib terjarah konspirasi
cemas merasuk
kebenaran timbul
tawa trotoar jalan semakin keras
dan wajahnya ciut di antara letupan baja
yang semakin memerah.

Apalah daya, menit terakhir dia hanya sempat mengatakan penyesalan.

Semoga Allah merestui tobatnya yang tidak lagi penuh, kepura-puraan.

Bekasi, 15 Desember 2018.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun