Terkait penyediaan fasilitas pendukung protokol kesehatan, pantauan saya di masjid bernuansa putih yang berdiri tepat di seberang Danau Sunter ini, keseluruhannya cukup memadai.
Pasalnya, setiap jama’ah yang masuk ke lingkungan masjid diharuskan menggunakan masker. Tak hanya itu, di area tempat wudhu, jama’ah juga diimbau untuk senantiasa menjaga jarak satu dengan yang lainnya. Penerapan jaga jarak tersebut juga diterapkan hingga jama’ah memasuki ruang shalat. Untuk shalat tarawih, jama’ah shalatnya diberi jarak.
Karena lokasinya yang berada di tepi jalan, Masjid bernuansa megah ini, kerap didatangi para jama’ah yang hilir melintas dalam perjalanan menuju suatu tempat. Hal tersebut menjadi pertimbangan pihak masjid untuk melaksanakan ibadah shalat tarawih mengikuti aturan 11 raka’at. Dengan dasar pertimbangan banyaknya jama’ah yang harus melanjutkan perjalanan pulang ke rumah, jadi hanya 11 raka’at saja.
Pada hari Senin, 12 April lalu, saya berhasil mewawancarai Ibu Hajjah Titi. Seorang pengunjung tetap Masjid Ramlie Musofa. Beliau mengatakan, ”Tujuan saya ke Masjid Ramlie Musofa ini cuma ibadah dan shalat berjama'ah, tidak ada tujuan yang lain. Biasanya saya naik grab, dan Masjid Ramlie Musofa ini kini menjadi bahan perbincangan masyarakat karena masjidnya memang indah dan bagus seperti di Mekah, tempatnya juga nyaman dan bersih."
”Pemerintah sudah mengizinkan melaksanakan kembali shalat tarawih berjama’ah dan saya setuju banget. Justru kita merindukan untuk melaksanakan tarawih bersama berjama'ah, ini suatu momen yang indah dan bagus. Biasanya kita membawa peralatan ibadah sendiri karena situasi masih seperti ini. Jadi disiapkan dari rumah membawa peralatan shalat sendiri untuk beribadah disini."
Siapa sangka pemilik masjid ini merupakan seorang muallaf. Ia memutuskan untuk berpindah ke agama Islam dan membuktikan kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan keluarganya, akhirnya ia tunjukkan dengan masjid ini.
Menariknya di masjid ini, akan terasa berbeda saat mengambil air wudhu. Hal ini disebabkan adanya tempat duduk yang dikhususkan untuk para penyandang disabilitas dan lansia dalam berwudhu. Tak ketinggalan, fasilitas di masjid yang memiliki tiga lantai ini juga tersedia dua lift.
Faktanya, tak hanya unsur budaya saja yang dipadukan. Hal ini dibuktikan di bagian depan masjid Ramlie Musofa, pengunjung akan disambut dengan ukiran surat Al-Fatihah yang menggunakan tiga bahasa sekaligus, yaitu bahasa Arab, Indonesia, dan Mandarin.
Tak hanya itu, di beberapa sudut dinding masjid juga terdapat ukiran kaligrafi yang menerangkan hari kiamat dan hari pembalasan, serta doa-doa. Tujuannya adalah untuk mempermudah para muallaf saat berkunjung ke sini, serta agar seluruh umat muslim senantiasa ingat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.