Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akhirnya Lulus pada Waktu yang Tepat

2 September 2022   15:56 Diperbarui: 2 September 2022   15:59 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dengan latar belakang berasal dari desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan, masa belajar  dinikmati dalam kesunyian. Setiap malam menjelang subuh sudah terbangun, dikarenakan udara yang dingin memaksa untuk segera menggerakkan badan dan membasuh muka agar rasanya semakin segar. Perlahan dan pasti yang diburu adalah buku pelajaran yang tampak usang karena keseringan dibaca bolak-balik. 

Ditemani lampu "cempor" yang dari semalam dikecilkan nyala apinya, berusaha menelaah rangkaian kalimat yang tersusun rapi. Rasanya mudah untuk mencerna pelajaran tanpa banyak gangguan. Paling yang menyita perhatian, tatkala siang hari, banyak teman-teman yang mengajak main di kubangan, mencari ikan betok dan tutut atau berkeliling di pematang sawah sekadar mencari genjer atau tanaman lainnya yang bisa diolah menjadi urap.

Semua dirasakan sederhana dan mudah dijalani. Menyimak keseharian orang tua dulu, rasanya mereka tidak membutuhkan hal aneh-aneh. Asalkan punya beras, minyak kelapa, minyak tanah, garam dan asin rasanya sudah cukup untuk biaya hidup sehari-hari.

Tapi kini ketika sudah menjadi orang tua dengan memiliki tiga anak dan tinggal di kota, kebutuhan yang harus dipenuhi setiap bulan terasa berat dan sangat jauh berbeda. Jika berkisah masa lalu kepada mereka dengan berkata,"dulu waktu ibu masih muda .... Mereka akan menyela, "ah sekarang sudah beda zamannya".

Memang, sekarang serba mudah dan praktis. Apapun yang diinginkan sudah tersedia di depan jemari dan layar. Asalkan punya saldo cukup semua bisa diatasi. Hanya masalahnya bagaimana mengumpulkan pundi-pundi uang agar bisa membeli semua keinginan dengan memiliki simpanan untuk biaya pendidikan. 

Jika mengandalkan penghasilan dari gaji bulanan dengan hanya salah satu dari pasangan yang bekerja, sepertinya akan berat untuk bisa menguliahkan anak ke perguruan tinggi jika menggunakan mekanisme jalur mandiri. Biaya memberatkan adalah biaya harian, untuk makan, ongkos dan biaya kosan. 

Mari kita kalkulasikan, penghasilan tiap bulan salah satu pasangan dengan golongan IV/a berkisar Rp 5.300.000,00. Ditambah dengan penghasilan lain seperti TPG, dijumlahkan sekitar 10 juta. 

Dengan tiga anak yang kuliah di PTN di luar kota otomatis perlu disiapkan biaya bulanan untuk kos, makan/uang saku perlu 6,6 juta. Sisa penghasilan 3,4 juta. Berapa yang harus disisihkan untuk membayar semesteran? Bagaimana untuk biaya dapur supaya ngebul?

Dengan kenyataan seperti itulah, memaksa memutar otak, mengasah keterampilan pengelolaan penghasilan. Sebenarnya ada tips pengelolaan uang untuk mempersiapkan biaya pendidikan, sebagai berikut:

  • Menginvestasikan aset dengan dibuat kontrakan. Trik ini akan membantu menambah penghasilan dan bisa diandalkan karena secara rutin akan masuk ke rekening serta bisa diperhitungkan.
  • Memanfaatkan lahar yang dimiliki untuk ditanami bumbu atau sayur-sayuran. Sehingga akan mengurangi beban biaya hidup harian.
  • Membuka usaha sampingan di bidang jasa. Jika pasangan tidak bekerja berikan peluang untuk memiliki keterampilan seperti menjahit, memasak atau membuat kue. Pada suatu saat bisa dikembangkan untuk usaha kuliner.
  • Menghindari membeli barang sesuai "keinginan". Biasakan berbelanja sesuai kebutuhan yang memang urgen dipenuhi.
  • Jika terpaksa karena membutuhkan dana mendesak, tidak ada salahnya berkenalan dengan bank pemberi pinjaman. Tetapi harus melalui perhitungan yang matang dan disesuaikan dengan penghasilan. Tak heran jika SK pengangkatan dititipkan di tempat yang tepat supaya mendapat asupan dana untuk dikelola pada saat tiba waktu bayar-bayar uang kuliah yang berbarengan. Konsep tutup lobang gali lobang, sebenarnya tidak pernah diimpikan tetapi tidak bisa dihindarkan. Setiap awal bulan hanya terima dan langsung dikasihkan. 

Tetapi yakinlah, kalau untuk biaya pendidikan semua sudah ada yang mengatur dan pasti ada rezekinya. Ada saja jalan sebagai solusi dari permasalahan. Apapun cara yang dipilih menjadi alternatif terbaik asalkan anak-anak bisa sekolah ke jenjang lebih tinggi melampaui orang tuanya.

Yang meringankan jika anak-anak memiliki tekad kuat dan mau berkorban seperti orang tuanya dulu. Sehemat mungkin mengatur pengeluaran uang bulanan. Sepertinya jarang menemui sosok yang mau berkorban,  saking ingin mengirit biaya hidup semasa kuliah dengan menyiasati untuk menjadi pengurus berbagai lembaga, salah satunya menjadi pengurus mesjid. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun