Mohon tunggu...
Ade Irawan
Ade Irawan Mohon Tunggu... Konsultan / Pengamat Kebijakan Publik / Kaum Satirisme

Pengamat jalanan yang tersakiti

Selanjutnya

Tutup

Bola

Persib Juara (Lagi), Tapi Rasanya Kayak Menang Walkout di Final Tarkam

6 Mei 2025   23:40 Diperbarui: 6 Mei 2025   23:40 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari para bobotoh persib 

Akhirnya, Persib Bandung resmi menyegel gelar juara BRI Liga 1 musim 2024--2025. Tapi, jangan salah kira, ini bukan momen dramatis yang bikin jantung bobotoh deg-degan atau air mata haru menetes di tribun. Tidak ada gol last-minute dari kaki bek sayap, tidak ada selebrasi salto dengan bendera. Yang ada hanya: hasil imbang Persik Kediri vs Persebaya Surabaya. Dan braaakk!, Maung Bandung naik tahta.

Begini cara juara yang agak absurd: bukan karena tendangan maut di menit ke-93, tapi karena pertandingan orang lain tak bisa menentukan siapa yang lebih "niat" jadi juara. Bobotoh di berbagai belahan dunia---dari Cibaduyut hingga Qatar---harus menahan ekspresi campur aduk: bahagia, lega, tapi juga... bingung. Kok gini amat caranya juara?

Ini seperti dapat sertifikat juara lomba makan kerupuk padahal belum sempat ngunyah. Kemenangan sah, tapi minim "thrill". Kalau Liga 1 ini novel, bab klimaksnya terasa seperti ditiadakan demi alasan teknis.

Tak heran, lini masa bobotoh diisi lebih banyak meme ketimbang yel-yel. Juara? Iya. Tapi rasanya lebih seperti dikasih diskon besar padahal belum niat belanja.

Sekalipun begitu, mari kita rayakan dengan cara lebih bermartabat: bukan hanya selfie pakai jersey baru, tapi juga menatap masa depan Persib dengan waras. Masih ada tiga pertandingan tersisa. Jangan sampai itu jadi parade gengsi semu atau ajang "tunjukin sepatu baru pemain asing."

Justru ini saatnya Maung Bandung menggigit bukan karena lapar gelar, tapi karena lapar regenerasi. Sudah waktunya pelatih Bojan Hodak membuka pintu bagi para pemain muda dan lokal untuk mencicipi jam terbang di panggung utama. Jangan hanya jadi penghangat bangku cadangan yang prestisius.

Toh, sejarah membuktikan: banyak tim besar runtuh bukan karena kekurangan dana, tapi karena kehausan darah muda tak pernah terjawab. Sementara itu, sepak bola kita terlalu sibuk belanja pemain asing berusia 33 yang CV-nya cuma diwarnai klub kasta kedua Eropa Timur.

Jadi, wahai manajemen Persib, inilah waktunya membuktikan bahwa klub ini bukan hanya juara hasil kalkulasi klasemen, tapi juga juara dalam visi jangka panjang. Kalau perlu, tanamkan kutipan sakti di ruang ganti:
"Menang itu penting, tapi regenerasi adalah abadi."

Selamat juara, Persib. Tapi tolong, buat kami menangis lagi---bukan karena bingung, tapi karena bangga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun