Oleh: Ade Imam Julipar
22-08-18
Â
Setiap Idul Adha tiba, kita seperti diingatkan kembali pada peristiwa yang dialami oleh Ibrahim. Dan cerita ini pula yang menjadi pokok pangkal peringatan Idul Adha.
Diceritakan bahwa Ibrahim disuruh oleh Tuhan untuk menyembelih anaknya. Walaupun tadinya bimbang, cemas, dan khawatir, akhirnya perintah itu dilaksanakan juga. Dan kita juga tahu akhir ceritanya bukan sesuatu yang menyedihkan. Â Konon Tuhan mengirim domba dari surga sebagai penggantinya. Jadi, Ibrahim tidak menyembelih anaknya,Ismail. Yang terjadi, Â domba itu yang disembelih.Â
Lantas timbul tanya dari sebagian kita: kenapa Ibrahim mau melakukan itu? Mengapa Ibrahim tega 'hendak' menyembelih anaknya? Bukankah itu sebuah perbuatan yang amat sangat kejam. Â
Dan sebagian dari kita lainnya tidak bertanya. Mereka menganggap cerita itu cukup didengarkan dan sudah include bagian dari keimanan. Atau: keyakinan.Â
Ya, keyakinan lah yang mendorong Ibrahim mau melakukan itu. Dengan keyakinan apapun bisa terjadi. Konon menurut pepatah cina: Hanya dengan keyakinan kita dapat memindahkan gunung! Begitu dahsyatnya pengaruh keyakinan terhadap laku tindak manusia. Â
Mari kita tengok lagi buku-buku tentang motivasi yang jumlahnya setiap tahun makin bertambah saja. Menyesaki rak-rak buku di toko-toko buku. Juga di rak-rak perpustakaan pribadi kita. Dengan berbagai judul --entah itu yang biasa-biasa saja atau judul yang bombastis --mereka semua hanya ingin menegaskan sebuah kata. Kata itu: keyakinan.Â
Kita bisa menyebut beberapa diantaranya: The 7 Habits of Highly Effective People, How to Win Friends & Influence People, Think and Grow Rich, dan Awaken the Giant Within. Â
Itu yang dari luar. Belum lagi buku-buku motivasi dari dalam negeri. Akan semakin panjang saja deretan bukunya. Baris berbaris di rak-rak buku dan terasa desak mendesak. Mungkin kita bisa menyebut salah satunya saja: buku-buku karangan dari Ippho Santosa yang laris manis bak  kacang goreng. Â