Mohon tunggu...
Ade Heryana
Ade Heryana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

email: ade.heryana24@gmail.com\r\n\r\nPraktisi Health Care Management,\r\nIndustrial Engineering & Management, \r\nmahasiswa S2 FKM UI

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bila Anda Seorang Health Care Leader, Jangan Terjebak Pemikiran Teknis!

8 Januari 2015   19:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:33 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Siapa saja health care leader itu? Mereka yang memimpin dan menentukan keberlangsungan institusi atau organisasi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, baik itu pada jajaran eksekutif atau regulator, dari kalangan pemerintah atau swasta, bisa dikatakan health care leader. Bisa jadi dia seorang Kepala Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan, Manajer Klinik, Direktur Rumah Sakit, dan sebagainya.

Banyak diskusi yang di-share ke penulis, kalau dianalisa kembali ujung-ujungnya ada pada masalah kepemimpinan. Satu aspek yang dilupakan dan ini sering menjebak pemimpin dalam kegagalan adalah ia terkungkung dalam lingkaran teknis dan operasional. Tanpa disadari bahwa level mereka sudah ada pada tahap strategis dan bekerja dengan orang lain, bukan bekerja sendiri menyelesaikan masalah teknis.

Industri pelayanan kesehatan memang bisnis yang syarat dengan regulasi. Regulasi yang ada berisi aspek-aspek teknis dan operasional yang harus dijalankan oleh institusi/organisasi pelayanan kesehatan. Keinginan mematuhi regulasi yang ada dan terhindar dari aspek hukum sering melupakan tugas utama seorang pemimpin yakni membawa institusi yang dipimpinnya menjadi institusi yang siap menghadapi tantangan masa depan. Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang mampu berfikir visioner.

Berfikir strategis merupakan salah satu kemampuan pemimpin dalam melihat organisasi secara utuh dan menyeluruh, mampu menganalisa apa yang terjadi di dalam dan di luar organisasi, mampu menentukan posisi organisasi saat ini dalam bidang usaha yang dijalani, mampu memformulasikan strategi yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan dengan posisi dan kondisi yang ada saat ini, mampu mengimplementasikan strategi yang dicanangkan, dan yang penting mampu membawa organisasi yang dipimpinnya ke arah perbaikan dengan berkomitmen pada strategi yang diterapkan.

Namun demikian, jangan menempatkan pemikiran strategis dalam tingkat yang sulit dijangkau organisasi. Sebuah klinik dokter swasta kecil di pinggir kota akan mustahil menerapkan strategi untuk mewujudkan layanan MRI misalnya. Untuk itu memang dibutuhkan kedalaman akan pemahaman dan pengalaman yang panjang di bidang pelayanan kesehatan.

Bagaimana caranya seorang pemimpin yang terperangkap pada aspek teknis operasional, move on menjadi pemimpin yang visioner? Berikut tips yang bisa penulis berikan:

-Merubah perilaku memang bukan pekerjaan yang mudah dan gampang, semudah membalikkan telapak tangan. Karena itu dibutuhkan niat dan tekad yang kuat untuk menjadi pemimpin yang visioner, serta kesabaran dalam menjalani prosesnya. Step by step perubahan perilaku ini dijalankan dengan seksama jangan sampai salah langkah

-Beikutnya adalah sedikit demi sedikit mendelegasikan tugas-tugas yang sifatnya rutin dan tidak penting ke bawahan kita. Misalnya tugas memasukkan data harian, menulis kartu stok obat, dan sebagainya. Namun pendelegasian harus diikuti dengan arah yang jelas

-Hati-hati, jangan mendelegasikan tugas yang sifatnya penting dan menyangkut kepentingan seluruh organisasi kepada bawahan. Misalnya tugas mengevaluasi kinerja departemen, menghadiri pertemuan dengan investor, dsb.

-Selalu berfikir continuous improvement dan membuat sistematika kerja yang selalu diperbaharui. Hal ini untuk menghindari tim kerja kita tergantung pada kinerja orang lain, melainkan pada sistem dan prosedur yang ada. Jangan sampai seorang pimpinan tidak bisa cuti, karena kalau dia tidak masuk kerja, operasional organisasi terganggu.

-Diusahakan selalu membuat kebijakan tertulis, bisa dalam bentuk SOP, Nota Dinas, Internal Memo atau Peraturan Perusahaan, untuk menciptakan formalitas kerja. Namun perlu difilter mana-mana saja yang perlu diformalkan dan tidak perlu diformalkan.

-Selalu mengevaluasi proses pendelegasian tugas ke bawahan, dan selalu menjaga tingkat kepercayaan kepada bawahan pada level yang sewajarnya. Kepercayaan yang terlalu tinggi akan melupakan pengontrolan, sedangkan kepercayaan yang terlalu rendah akan menurunkan motivasi bawahan.

-Jangan ragu untuk mengambil alih atau mengalihkan ke bawahan lain, bila ada indikasi bahwa proses pendelegasian berpotensi merugikan organisasi secara keseluruhan. Indikasi harus berdasarkan bukti dan fakta, bukan hanya berdasarkan intuisi dan bisikan orang.

-Selalu melakukan brainstorming dan diskusi dengan bawahan yang kita berikan delegasi.  Dengan diskusi kadang akan diperoleh akar masalah sebenarnya yang bisa saja melenceng jauh dari anggapan pimpinan.

-Yang terakhir, selalu meng-update informasi yang berhubungan dengan bidang organisasi yang dijalani, baik dari media informasi, seminar, workshop, asosiasi profesi, dan sebagainya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun