Mohon tunggu...
Ade Supriadi
Ade Supriadi Mohon Tunggu... Guru - bersahaja

belajar menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

“Burungku Loyo” Istri Malah Minta Cerai

2 Desember 2010   15:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:05 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“ Perceraian” Kenyataan hidup ini bisa saja terjadi pada pasangan suami istri manapun walaupun harta benda dan kekayaan lainnya melimpah bukanlah merupakan suatu jaminan bila kebutuhuan Biologis tak terpuaskan atau bahkan tak terpenuhi lagi penyebabnya adalah ketidakperdayaan Lelaki dalam memuaskan pasangannya dalam hal ini gara-gara “ Burung “nya tidak lagi Perkasa.

Malam tak begitu larut baru jam 20.00 suasana Desa Rangkat masih ramai maklum jalanan yang masih ramai dan Warung Kopi pun masih buka dan wargapun masih asyik ngobrol tentang team Sepakbola Rangkat FC yang berhasil mengalahkan kesebelasan Malangsiah dengan skor telak 5 -0 untuk Rangkat FC prestasi yang mengembirakan.

Namun keasyikan itu terganggu dengan datangnya suara Ribut-ribut di rumah Pak kades, suara teriakan pertengkaran terdengar dengan jelas,

“ sudah kalau begitu Ceraikan saja saya” teriak Mommy Istri pak kades,
” Kalau memang Papi sudah tidak sanggup lagi membahagiakan Momm lagi, Mommy akan pulang kerumah rumah orang Tua Mommy di RancaekeK ” teriak Mommy kemudian,
Pak Kades yang memang pembawaan kalem dan bijaksana hanya menimpali “ Momm nggak usah marah-marah dulu, apa tidak sebaiknya bicara baik-baik, malu sama Warga “,
“ Momm tak perduli semuanya yang penting Papi harus memikirkan kebahagian Momm, Papi jangan egois hanya memikirkan diri Papi sendiri “ timpal Mommy seraya Menangis.
Uleng dan Jingga yang saat itu berada dalam kamar sedang asyik-asyiknya Chatingan di Group Desa Rangkat tersentak kaget mendengar pertengkaran Papi dan momm segera keluar kamar “ ada apa sih ribut-ribut Pap” kata Uleng dan Jingga,
“diam ini urusan orang tua kalian masuk kamar sana” kata momm dengan teriakan keras.

Uleng dan Jingga tak bisa bicara apa-apa hanya air mata yang keluar dari keduanya, mereka tak menyangka selama ini Mommy yang penyayang dan penyabar sekarang berubah jadi pemarah, Uleng dan jinggapun hanya bisa terdiam dan duduk di sofa sambil menangis sambil menebak-nebak apa permasalahan diantara kedua orang tuanya.
“ Papi tidak tahu perasaan Momm, Mom begitu tersiksa ketika tahu “ Burung “ Papi tidak lagi perkasa,...” , Momm mengusap Air matanya

Pak kades Menghampiri Momm dan Berkata dengan lembutnya “ Momm maafkan Papi ,Momm kan tahu beberapa hari ini kan Papi sakit , sampai-sampai Papi dirawat dirumah sakit

Mendengar keributan di rumah Pak kades beberapa warga sudah berkumpul diantaranya Om Hansip lengkap dengan Pentungannya sudah siaga Menghalau dan menjaga warga agar jangan masuk kerumah Pak kades dan bersiap-siap masuk bila keadaan cukup mendesak,dan tak lupa Team Kesehatan yang dipimpin Made sduah Hadir di Lokasi, serta Kru Rangkat TV Dwii dan Rizal falih sudah menyiapkan siaran langsungnya.

ditengah keributan tersebut ada-ada saja ulah warga Rangkat lainnya Lala, Refo, Arief dan Sabrina mendengar keributan itu eh malah menyanyikan lagu :

“ Perdamaian...Perdamaian..Perdamaian..Perdamaian
Banyak yang cinta Damai tapi perang semakin ramai
Bingung-bingung aku memikirannya........”

Terang saja hal inimembuat Gusar Om Hansip..dan segera mengacungkan Pentungannya dan menyuruhnya berhenti bernyanyi “ sudah nyanyi sana Ke Pos Ronda” teriak Hans.
Didalam sana perang antara Papi dan Mom masih terjadi “ Papi tahu apa yang menyebabkan Mommy Marah, masalah “ Burung “ Papi kan ”,

Mommy cemberut tapi mengagukan kepala “ seharusnya Mom juga tahu waktu Papi sakit Mom juga harus mau membantu Papi merawat ““ Burung “” Papi supaya tetap sehat dan perkasa, coba kapan Mommy mengelus-ngelus “ “ Burung “” Papi, nggak pernah kan , makanya sekarang “ “ Burung “ “ Papi jadi Loyo, kurang bergairah dan kurang Perkasa dan nggak bersuara sama sekali ”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun