Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selain Peran Tuhan, Kematian Merupakan Pilihan Kita

10 Januari 2021   19:44 Diperbarui: 11 Januari 2021   10:35 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bunuh diri. (Shutterstock) Sumber gambar Kompas.com


Aku tak pernah memilih untuk dilahirkan. Kelahiranku merupakan pilihan orang tua ku. Akan tetapi, Aku sadar bahwa menjalani kehidupan merupakan pilihan. Begitupun dengan kematian.

Seandainya kita mampu memilih untuk dilahirkan. Tentu, kita bisa menentukan siapa yang  melahirkan kita, di mana kita akan dilahirkan dan kapan  kita dilahirkan.

Akan tetapi, kesemua itu bukanlah kuasa kita, itu merupakan  pilihan orang tua kita. Yang kita tahu bahwa, kita telah berada di dunia  ini,  dari orang tua ini, berasal dari sini, dan telah dipilihkan agama ini.

Maka dari itu, walupun kelahiran bukan pilihan, tetapi menjalani hidup merupakan pilihan kita, Mengapa? Ya, karena kita sudah berada di dunia ini. Kita bisa saja memilih untuk tidak menjalani hidup (memilih mati) atau menjalani hidup, kita berkuasa atas kedua hal itu.

Sadar atupun tidak sadar, kematian merupakan pilihan kita

Apa itu Mati? Dalam KBBI: ma·ti v 1 sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi.

Apapun itu, ketika nyawa/jiwa tak lagi berada dalam tubuh/fisiknya, ia dikatakan mati. Misalnya batu, kita katakan mati kerena pada batu tak memiliki jiwa. Pun dengan manusia ketika telah lepas jiwanya, kita katakan mati, atau sama dengan benda mati.

Intinya setiap sesuatu yang memiliki jiwa akan mengalami yang namanya kematian.

Sehingga Kematian merupakan sebuah keniscayaan bagi yang bernyawa. Akan tetapi, bagaimana mati, kita dapat memilihnya.

Mengapa?

Ketika kita telah memilih menjalani hidup, secara otomatis kita pun telah memilih untuk mati, dengan cara apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun