Mohon tunggu...
ADE SURIYANIE
ADE SURIYANIE Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang belajar tentang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banjir Sekelebatan

1 Maret 2023   22:04 Diperbarui: 1 Maret 2023   22:06 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Januari yang sering diidentikkan dengan kondisi cuaca hujan yang turun hampir tiap hari ternyata tak seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Banjir biasanya tak bisa dihindari meskipun hanya sekelebatan. Di wilayah tempat tinggal intensitas curah hujan di bulan lalu tidak begitu mengganggu aktivitas. Hujan yang turun hanya sesekali saja mencurahkan air penuh keberkahan yang membuat kondisi tanah sedikit lembab dan sempat juga terasa pada perubahan suhu tubuh yang merasakan kedinginan selama beberapa hari.

Di awal bulan Februari ini cuaca masih biasa-biasa saja dan segala aktivitas pun masih bisa terlaksana tanpa kendala. Memasuki akhir bulan Februari ini tetiba cuaca sedikit ekstrim di wilayah zonasi kami. Ya..prediksi ramalan BKMG memang seringkali kita abai dan seringkali kita lupa untuk memantau kondisi informasi  prakiraan dari BMKG terutama perihal banjir dan genangan. 

Akibatnya di hari Jumat, 24 Februari 2023 keadaan cuaca di pagi harinya tidak menampakkan hal yang janggal. Hingga pada saat siswa sekolah lembaga PAUD kami sudah pulang semua dan kami para Guru akan beranjak menuju rumah. Tetiba saja cuaca berubah dari matahari yang sedikit menggigit lapisan epidermis kulit di pagi hari berubah seketika menjadi hujan deras. 

Pada akhirnya kami mengurungkan niatan untuk segera rebahan di istana mungil untuk sekadar bersantai ria menyambut hari libur Sabtu-Minggunya bersama keluarga tercinta. Hujan yang turun tidak begitu lama sekitar 2 jam 30 menit. 

"Alhamdulillah.. Hujannya mulai mereda". 

Sebagian dari kami bergegas pulang sebelum hujan akan turun kembali. 

Baru saja hendak berkemas, curahan air penuh rahmat di hari Jumat penuh keberkahan ternyata belum mau menghentikan debit air yang turun dari langit bak kran air raksasa takbisa dibendung. Begitulah kasih sayang Allah pada makhluk-Nya memberikan rezeki berupa air yang berlimpah tak mampu dihalang-halangi. 

Kami yang tersisa di sekolah sesekali berceloteh menghilangkan rasa kantuk yang mulai menghampiri di cuaca yang mendukung untuk tarik selimut. 

"Ah, hujannya mulai  mereda kembali!"

"Ups! Seketika jas hujan pun sudah mulai terpakai".

"Cus...ah..." Si biru pun mulai bergerak meninggalkan parkiran dan baru saja belokan pertama..

"Oh.... laa..laa.."

Dari jalan di sisi masjid genangan air berwarna coklat susu mulai terlihat beriak karena ulah beberapa kendaraan yang berlalu lalang. 

Oh ya..Di perumahan kami biasanya hanya terjadi genangan air sekelebatan dan jika curah hujan mereda maka aliran air genangan itu akan terbawa hilang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Tidak seperti beberapa perumahan lainnya yang mengalami banjir dari ketinggian 1 meter hingga hampir menenggelamkan rumah. 

Posisi lembaga kami tepat di belakang masjid besar blok D tempat domisili lembaga. Dahulu sebelum masjid besar itu dibangun warga di atas tanah fasilitas umum, lembaga kami jelas terlihat dari jalan raya perumahan. Memang lokasi lembaga sedikit menjorok ke dalam dari sisi jalan raya karena geografis tata letak perumahan. 

Beruntungnya lembaga kami yang letak masjid besar blok D tepatnya berada di depan sekolah. Sehingga kami dapat menggunakan fasilitas masjid untuk sesekali praktik salat berjemaah sesuai agenda sekolah. 

Sempat ingin kembali ke sekolah melihat genangan air berwarna kecoklatan itu menari-nari oleh ulah para pengendara yang melewatinya. Pada akhirnya genangan air sekelebatan efek hujan turun itu berhasil dilewati dan kondisi si biru baik-baik saja. 

Belokan kedua selepas gerbang akses keluar-masuk menuju blok D, si biru melaju tanpa gangguan. Hingga menuju jalan utama perumahan terdapat kali kecil tempat saluran warga menuju kali besar di belakang perumahan. Kali kecil yang membelah di tengah-tengah jalan utama perumahan penampakan keseharian sebelum intensitas debit air yang turun dari langit dalam kondisi aliran airnya lancar jaya dengan ketinggian air semata kaki. 

Kali kecil itu ditumbuhi tanaman liar di bagian sisi-sisinya. Ada juga warga yang memanfaatkan lahan di sepanjang kali kecil itu dengan tanaman produktif seperti tanaman singkong, aneka bunga untuk keindahan manakala mata memandang, atau pun pohon pelindung dari panas matahari.

Di saat demam Pandemi yang lalu, lahan-lahan di sepanjang kali kecil dimanfaatkan warga untuk sekadar mengisi waktu dengan menanam tanaman yang bisa menghasilkan seperti menanam tanaman obat keluarga, aneka tanaman hias dan lainnya. Begitu antusias warga memanfaatkan lahan kosong untuk menyalurkan hobi dan mengusir kejenuhan dari kondisi selama Pandemi yang lalu. Bekas-bekas nya masih ada tersisa tumbuh tak beraturan ditinggalkan karena kini sedang asyik dengan kegiatan bangkit dari Pandemi. 

Curah air hujan yang turun pada akhirnya tidak bisa ditampung oleh kali kecil yang banyak manfaatnya bagi warga perumahan. Debit air melebihi kekuasaan kali kecil ditambah pula ada penampakan onggokan sampah-sampah yang berkerumun terbawa arus menuju bundaran perumahan. Jalan raya utama pun tak nampak jelas tersamarkan oleh air kali yang meluap. Dengan perlahan si biru pun melintasi jalan menyusuri kali kecil. 

Di tengah hujan gerimis, nampak aksi seorang bapak yang heroik tengah menghalau gundukan sampah-sampah yang hanyut terbawa arus menuju bundaran dan aliran air akan terpecah konsentrasinya di bagian itu. Di bawah bundaran aliran air akan terpecah sebelum menuju aliran ke arah kali besar di belakang perumahan. Bapak itu nampak separuh baya usianya, seorang diri dengan menggunakan alat seadanya berusaha memecah sampah-sampah yang menuju bundaran. Sungguh mulia duhai bapak berbaju putih berjibaku dengan onggokan sampah dari tangan-tangan tak bertanggung jawab. 

Perumahan kami bisa dijadikan indicator tanggap bencana bagi zonasi seputaran desa. Jika curah hujan yang turun meninggalkan jejak genangan dengan ketinggian yang bervariasi di wilayah perumahan kami tidak begitu lama. Banjir lokal sekelebatan akan surut dalam beberapa jam saja tidak sampai seharian tergantung curah hujannya. 

Perumahan kami akan menjadi posko-posko dapur umum yang siap mengirimkan ribuan nasi bungkus yang dikumpulkan dari para warga untuk kami salurkan pada beberapa wilayah penyangga di sekitaran perumahan kami yang terdampak oleh banjir. Beruntungnya kami tinggal di perumahan yang jauh dari sungai-sungai besar sehingga jika turun hujan hanya mengalami banjir sekelebatan saja. Banjir sekelebatan itu pun dikeluhkan para warga yang merasa kenyamanannya terganggu sekejap manakala kali perumahan tetiba meluap. 

Bagaimana dengan perumahan di luar sekitaran penyangga yang hari ini kabarnya sempat terkena angin puting beliung. Perbanyak bersyukur karena perumahan kami tidak terdampak cuaca ekstrim hari ini. Hanya terdampak sekejap mati lampu oleh akibat puting beliung yang menyapa beberapa wilayah termasuk kantor desa kami tercinta. 

Sudahi ya cuaca ekstrimnya..Semoga warga yang terdampak banjir sekelebatan dan puting beliung dapat segera berbenah..Aamiin..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun