Mohon tunggu...
ADE SURIYANIE
ADE SURIYANIE Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang belajar tentang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kesalahan dalam Pengasuhan

8 November 2022   18:13 Diperbarui: 8 November 2022   18:22 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Memilih sesuatu adalah sebuah sikap yang tentunya memiliki sebuah alasan. Bukan tanpa sebab, kita pasti akan dihadapkan pada sebuah pilihan yang terkadang merasa bahwa "Kok begini amat, ya?" 

Apa pun profesinya, apa pun gender nya, pasti akan berhadapan dengan sebuah pilihan yang amat sangat menentukan jalan hidup seseorang. Pilihan yang diambil sudah melalui tahapan dari perenungan baik dan buruk, sebab dan akibat, juga tentunya meminta nasihat dari orang-orang terdekat  dan melakukan munajat di tengah malam memohon petunjuk dari Allah yang Mahakuasa. 

Lalu bagaimana setelah memilih sebuah pilihan ternyata apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan ekspektasi dan di luar dari apa yang sudah kita rencanakan?

Memang terkadang apa yang sudah dipikirkan matang-matang tetiba membuat kita menjadi down seketika. Sebagai orang yang mempercayai bahwa apa pun yang kita lakukan tak lepas dari campur tangan Allah sebagai sebaik-baiknya perencana. Manusiawi jika kita mengalami kekecewaan sesaat, tetapi kita tidak boleh larut dalam penyesalan panjang sehingga melupakan segala kenikmatan lainnya yang tidak kita syukuri. 

Tak selamanya awan mendung akan menurunkan rinai yang tak berkesudahan. Pasti akan ada secercah sinar yang akan membiaskan titik-titik air di langit sehingga muncul pelangi indah yang membentuk garis-garis spektrum berwarna-warni di angkasa. Semua berproses dan semua akan indah pada waktunya. 

Menjadi seorang Ibu dan juga seorang wanita karir bukanlah hal yang tak mudah dijalani. Terlebih bagi seorang Guru yang memiliki tugas mencerdaskan anak bangsa. Tetapi dalam kenyataannya seorang Guru yang juga berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga akan merasakan sebuah dilema dan tak jarang ada komentar miring yang akan membuat hatinya menciut sejenak. 

Jika saja anak-anak yang memiliki Ibu sebagai  Ibu Rumah Tangga luar biasa apabila anaknya berprestasi maka menjadi sebuah kebanggaan dan kebahagiaan bagi si Ibu dan juga anggota keluarga lainnya. Tetapi jika anak itu sedikit bermasalah apakah dalam pembelajaran dan sikapnya, maka akan dianggap "Ah...wajar-wajar aja..kan Ibunya bukan Guru".

Menjadi Guru yang juga merangkap jabatan dengan tugas utamanya sebagai Ibu Rumah Tangga tentunya tidak mudah menjalani dua peran sekaligus. Terlebih jika di rumah tidak ada asisten rumah tangga atau keluarga besar yang bisa diminta bantuannya untuk membantu mengawasi dan mendampingi anak-anaknya dalam belajar. 

Guru yang sudah berkutat dengan segala administrasi kelas, mempersiapkan media pembelajaran, membimbing siswa di kelas dan lainnya berharap keadaan di rumah baik-baik saja. Namun, kenyataannya tidak semudah apa yang dibayangkan. Jika dalam membuat RPP atau ATP  hasil ketuntasan belajar siswa tidak sesuai target pasti akan ada tindakan kelas untuk melihat apa, mengapa dan bagaimana hingga pembelajaran itu kurang maksimal dikuasai siswa.

Hal ini bisa dipelajari dan dicarikan solusi permasalahannya. Ketuntasan belajar siswa tidak melulu berkaitan dengan nilai kognitif semata. Aspek lainnya juga perlu diperhatikan terlebih pada aspek Sosial Emosional siswa. Sehingga Guru dianggap sudah melakukan tugas pembelajaran dan melakukan evaluasi diri. 

Lalu bagaimana cara mengukur perkembangan anak-anak di rumah dari seorang Guru? 

Jika di dalam rumah itu ada orang lain selain keluarga inti, yang memberikan pengawasan, pola asuh, dan pendampingan belajar pada anak-anak Guru di rumah maka akan terjadi sebuah permasalahan. Di dalam kelas untuk pembentukan karakter siswa dan perilaku belajar Guru menjadi satu-satunya role model. Namun, di dalam rumah yang ada beberapa orang dewasa di luar keluatga inti akan ada saja permasalahannya. 

Kesalahan dalam pengasuhan dengan beberapa role model di dalam rumah seperti pola asuh akan mengalami kendala. Seorang Guru juga manusia biasa yang tak luput dari kekurangan. Misalnya Guru itu sudah membuat aturan disiplin dalam penggunaan gadget bagi anaknya di rumah. Apakah durasi waktu penggunaan gadget atau hari-hari yang diperbolehkan untuk memakai gadget bagi anak. 

Guru yang tidak sepenuhnya berada di rumah mengontrol dan mengawasi anak dalam memakai gadget, jika tidak berkoordinasi dengan orang dewasa lainnya di rumah dalam menerapkan aturan disiplin hal ini akan menimbulkan permasalahan. Orang dewasa yang berada di rumah tidak mampu melihat anak yang menangis, merengek dengan alasan memanjakan anak agar diam dari tangisnya akan melonggarkan aturan disiplin pemakaian gadget. 

"Biarlah main hp, yang penting anaknya anteng". 

Nah, inilah bentuk permasalahan yang akan membuat anak bersikap manja pada orang-orang dewasa yang melindunginya untuk bermain hp kapan pun waktunya. 

Begitulah dilema bagi Guru yang merangkap jabatan sebagai IRT. Bukan tidak mudah menerapkan sebuah disiplin dalam keluarga jika ada diantara anggota keluarga yang dengan alasan belas kasihan pada anak dan memanjakannya pula. Anak akan memilih berlindung kepada orang dewasa yang memanjakannya dan aturan disiplin yang sudah dibuat akan goyah. 

Mau marah? Oh, tunggu sejenak..

Kesalahan dalam pengasuhan salah satu penyebabnya adalah memanjakan anak yang dilakukan oleh orang terdekat yang mengakibatkan anak akan mencari perlindungan pada orang yang memanjakannya. 

Menyerahkan pengasuhan kepada orang lain yang bukan keluarga atau kerabat dekat juga akan menimbulkan permasalahan dalam pengasuhan. Untuk itu Ibu  yang berprofesi sebagai Guru atau profesi lainnya harus bijak dan mempertimbangkan kepada siapa anak-anak yang ditinggalkan selama  bekerja memastikan bahwa mereka akan baik-baik saja dalam pemantauan perkembangannya. 

Koordinasi dan komunikasi antara Ibu yang bekerja di luar rumah dengan pengasuh di rumah apakah itu Suami,  Nenek, Kakek, Paman, Bibi, Tante, Om, dan mbak Pengasuh untuk memberikan pola asuh yang sudah disepakati sebagai disiplin keluarga akan membuat hati tenang beraktivitas di luar rumah. 

Tidak akan ada dusta diantara kita, atau Aku begini Kau begitu..

Tidak ada yang salah dan saling menyalahkan..

Tidak ada peperangan kecil akibat baper merasa diri yang benar..

#dokjay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun