Mohon tunggu...
Ade Iftahaq
Ade Iftahaq Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer of Agriculture Manufacturing Industry

Supply Chain | Fresh Product | Industrial Engineering

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Untuk Sukses Berkarier, Milenial Perlu Mengerti Hal Ini

6 Januari 2019   11:24 Diperbarui: 7 Januari 2019   13:18 2175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: freepik.com)

afiaglobal.org
afiaglobal.org
Kembali pada pokok pembahasan saya di awal, "milenial biasanya hanya bertahan di sebuah perusahaan kurang dari tiga tahun". Nilai loyalitas yang dihubungkan secara berbanding lurus dengan lamanya masa kerja bisa dipastikan tidak sesuai dengan karakter unik milenial.

Selain loyalitas, masih banyak core value yang digunakan, misalnya integritas, inovatif, kreatif, dsb. Bisa dikatakan core value adalah alasan utama sebuah perusahaan didirikan atau masih berdiri. 

Saking pentingnya core value bagi perusahaan, Collete, sebuah butik yang pernah menerima gelar sebagai "butik paling trendi di dunia" versi majalah Forbes, lebih memilih tutup di tahun 2017, dibandingkan harus dijual pada orang lain yang belum tentu memiliki visi dan value yang sama untuk perusahaan tersebut.

Dilansir dari beritagar.id, Colette mengantongi hasil penjualan hingga 28 juta Euro atau setara dengan Rp426 miliar di tahun 2016. Hal ini tidak menggoyahkan keputusan pemilik yang merasa jika pihaknya menjual Colette dan membiarkan orang lain yang menjalankan, maka Colette tak akan lagi sama. Tak akan lagi sejalan dengan visi dan misi yang jadi alasan ketika Colette didirikan.

Saat seorang karyawan merasa tidak sesuai dengan core value yang dijunjung tinggi perusahaan, peluang kesuksesannya juga relatif lebih rendah.

3. Kesesuaian Job Desc dengan Passion dan Skill Anda

Sejak awal masuk, perusahaan yang sudah memiliki divisi Human Resource Development (HRD) pasti melakukan assessement. Dengan tujuan untuk mengenali potensi, bakat, dan kesesuaian calon karyawan dengan posisi yang dibutuhkan.

Masalahnya, tidak ada test psikologi yang memiliki akurasi 100%. Misalnya DISC, yang diklaim sebagai alat ukur paling valid saat ini akurasinya sekitar 83 % sampai dengan 95%. 

Terlebih lagi, instrumen assessement hanya bisa meng-capture kondisi peserta assessemant saat dilakukan test. Bagaimana jika saat test, peserta sengaja mengarahkan jawabannya agar sesuai dengan requirement sebuah jabatan?

(sumber: careernews)
(sumber: careernews)
Tingginya tingkat pengangguran juga menjadi faktor pendorong utama bagi generasi produktif untuk menjalani pekerjaan yang melenceng dari minat dan pendidikannya. Menurut Menteri Ketenagakerjaan RI, "ketidakseimbangan antara supply and demand SDM dapat mengakibatkan berbagai problem Ketenagakerjaan. Salah satunya adalah under utilization. Yakni, jenis pekerjaan tidak sesuai dengan level Pendidikan."

Saya sendiri sangat memahami hal ini, dari sekitar 100 orang yang saya interview untuk posisi buruh pabrik, setidaknya masih ada 10% yang memiliki spesifikasi lulusan Sarjana (Padahal yang kami butuhkan adalah lulusan SMK sederajat). Ketika saya tanyakan kenapa bersedia melamar untuk posisi ini, jawabannya seragam, "Yang penting kerja dulu Pak".

Sebagai generasi milenial yang melek teknologi dan sangat terbiasa dengan intenet, jangan sia-siakan fasilitas yang kalian miliki. Saat akan melamar pekerjaan atau menjalani test, usahakan untuk memahami job desc dari jabatan yang anda akan lamar. Selanjutnya refleksikan pada kemampuan yang dimiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun