Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Janji yang Harus Dilanggar

16 Februari 2021   07:27 Diperbarui: 16 Februari 2021   19:45 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ditinggal sendiri di rumah. (sumber: pixabay.com/Anemone123)

Di tempat lain, Deva telah sampai di bandara Soekarno Hatta. Setengah jam lagi pesawat yang ia naiki akan berangkat. Sebelumnya, petugas memeriksa kelengkapan dokumen, serta barang-barang yang ia bawa. Sepuluh menit bersama petugas, akhirnya ia dipersilahkan masuk ke dalam pesawat.

Deva duduk di sebuah kursi, matanya sibuk melihat seorang pramugari yang sedang menjelaskan tata cara menyelamatkan diri jika terjadi hal-hal darurat. 

Tentu ini bukan pertama kali ia melihat hal itu, namun entah mengapa matanya tak bisa luput memperhatikan si pramugari dengan segala macam tutorial penyelamatan di pesawat, mulai dari cara memakai masker oksigen hingga keluar dari jendela pesawat.

Beberapa menit kemudian pesawat lepas landas dan terbang kencang membelah awan. Suara bising begitu mengganggu telinganya, beruntung tadi malam Septi menyiapkan headphone penutup telinga untuk meredam kebisingan di pesawat. Deva mengambil headphone itu dan menutup telinganya.

Suasana di pesawat begitu mengasyikkan, terutama setelah berada di atas awan. Deva melihat gumpalan-gumpalan awan putih yang membentuk wajah seorang bayi.

"Alangkah lucunya awan itu..." Gumamnya dalam hati.

Ia kembali teringat akan istrinya yang sedang hamil tua, sebulan lagi ia akan menjadi seorang ayah. Deva tersenyum, ia tak sabar bertemu kembali dengan istrinya, padahal baru tiga jam lamanya tak bersua.

*****

Baru saja Deva tertidur, tiba-tiba terdengar suara peringatan darurat dari pesawat. Beberapa pramugari segera membantu para penumpang memakai masker oksigen. Tanpa menunggu lama, Deva segera mengambil masker oksigen yang terletak di atasnya. Ia segera memasang tanpa harus dibantu pramugari.

Suasana di pesawat menjadi ramai, semua orang membaca doa. Mereka berharap agar bisa mendarat dengan selamat, sayang pesawat mulai oleng dan perlahan menuju ke bawah. 

Deva panik bukan kepalang, mulutnya masih berkomat-kamit membaca doa. Ia teringat kembali akan janjinya untuk pulang ke rumah setelah urusan di Medan selesai. Wajah istri yang hamil perlahan hadir dalam benaknya. Entah mengapa, ia menangis sesenggukkan mengenang kembali kenangan-kenangan indah bersama istrinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun