Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengubur Mimpi

16 Desember 2020   07:29 Diperbarui: 16 Desember 2020   07:30 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah mimpi akan jauh lebih berguna jika di dalamnya terdapat sebuah cita-cita serta teriring doa dan usaha agar semuanya menyatu, hingga menjadi hasil yang nyata. Itu adalah sepenggal petuah yang sering disampaikan orang-orang dahulu untuk memberikan motivasi kepada generasi penerus agar selalu semangat dalam memperjuangkan semua mimpi mereka.

Aku, adalah seorang anak desa ingusan yang letaknya berada di kaki gunung sumbing. Lahir dalam keadaan melarat dan miskin tak lantas membuat hidupku dibalut dengan kesedihan ala-ala film drama Korea. Kemiskinan membuatku senantiasa berusaha dan giat belajar agar kelak bisa menjadi seorang agen perubahan, minimal merubah diri sediri untuk dapat melepas belenggu rantai kemelaratan yang telah diwariskan turun-temurun oleh nenek moyangku.

Kekurangan harta tak pernah menyurutkanku untuk senantiasa merendahkan diri seraya memohon kepada-Nya agar bisa bersabar dalam menjalankan kehidupan. Setiap hari aku berdoa, meminta kekuatan agar tidak putus asa dari kasih sayang-Nya yang luas.

*****

Di kala hari mulai petang, aku kembali ke rumah. Bersiap melaksanakan ibadah shalat maghrib selepas pulang mengaji dari surau Kyai Malik. Aku bersama seorang adik yang bernama Yasin berjalan sekitar 2 km menyusuri lahan dan hutan, memasang wajah ceria meski harus bersusah payah naik-turun demi mendapat ilmu dari seorang tokoh agama di desa lain.

Begitu semangatnya diri kami hingga tak pernah sekali pun terbersit dalam benak untuk membolos meski kesempatan itu selalu ada. Kami amat senang diberi kesempatan untuk belajar mengaji bersama Kyai Malik.

Menurutku, meski aku lahir dari warisan keluarga yang miskin, aku tetap punya kesempatan untuk merubah nasib dengan ilmu. Maka, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan belajarku, meski harus menempuh perjalanan jauh, menapaki hutan, menjelajahi ladang, dan menyusuri jalanan berbatu tanpa alas kaki yang memadai.

Tak hanya itu, meski jarak tempuh tak sepadan dengan ilmu yang kudapat, aku tak mengeluh dan tetap bersyukur. Sebagai pemantik semangat, aku selalu mengingat kisah seorang ahli hadist Nabi yang bernama Imam Al Bukhari.

Dalam sejarah, ia adalah seorang pembelajar gigih yang rela naik-turun gunung demi mencari kebenaran suatu hadist nabi Muhammad SAW. Tak hanya itu, ia juga merelakan diri meninggalkan teman-teman dan keluarganya ke luar negeri.

Imam Bukhari berkelana dari Bukhara, sebuah kota di Uzbekistan menuju negeri lain seperti Syam, Mesir, Aljazair, Basra, Makkah, Madinah, Kufah, dan Baghdad. Perjalanan yang ditempuh tentunya dengan berjalan kaki atau naik unta. Mengapa demikian? Karena saat itu jelas tak ada pesawat dan transportasi modern seperti saat ini.

Tak cukup itu, sejarah mencatat bahwa Imam Bukhari mempunyai 1000 guru yang pernah mengajarinya berbagai macam ilmu, terutama ilmu agama. Maka tidak mengherankan ia menjadi seorang ilmuan ternama, namanya harum hingga saat ini. Semua orang yang belajar agama Islam pasti mengenalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun